© Shutterstock
Demi memutus rantai penularan COVID-19, pemerintah Indonesia gencar menerapkan program pemberian vaksin booster atau dosis ketiga. Tapi, belakangan ini muncul perdebatan baru terkait apakah vaksin dosis keempat perlu diberikan atau tidak. Pasalnya, sejumlah negara di dunia mulai gencar menawarkan pemberian vaksin dosis keempat.
Lantas, kira-kira seberapa penting pemberian vaksin COVID-19 dosis keempat? Langsung simak yuk!
Melansir Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, tiga dosis vaksin tidak cukup untuk lansia berusia 50 tahun ke atas, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Alhasil, CDC merekomendasikan kalangan itu untuk mendapatkan vaksinasi dosis keempat demi perlindungan optimal terhadap COVID-19.
Melansir dari media daring internasional, pada Senin (2/5/2022), Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat, sejauh ini telah mengizinkan suntikan keempat bagi mereka yang memenuhi kriteria CDC. Tapi, CDC berpendapat kalau pemberian dosis keempat bagi orang dewasa yang sehat belum tentu optimal.
Sementara, Profesor kedokteran Paul Goepfert di University of Alabama at Birmingham (UAB), Amerika Serikat, berpandangan bahwa pemberian dosis keempat tidak akan berdampak secara signifikan pada tubuh.
Di Indonesia sendiri, juru bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Mohammad Syahril mengklarifikasi, saat ini pemerintah belum merencanakan vaksinasi dosis keempat atau booster kedua.
“ Untuk koreksi dan konfirmasi, saat ini pemerintah kita masih memprioritaskan vaksin booster pertama atau vaksin ketiga,” ujar Syahril, Senin (25/7/2022).
Terkait kabar vaksinasi booster kedua, Syahril mengatakan kalau hal itu hanya masukan dari beberapa pihak seperti tenaga kesehatan. Ia saat ini masih menampung proposal tersebut, dan belum langsung merealisasikannya.
“ Masih ditampung, karena harus dibahas dengan ITAGI, dari kelompok ITAGI ini yang nantinya akan memberikan masukan kepada pemerintah untuk diusulkan program,” ujar Syahril.
Kesimpulannya, Vaksin keempat atau booster kedua itu sebenarnya masih abu-abu, karena para ahli masih punya pandangan yang berbeda terkait efektivitasnya. Selain itu, setiap negara juga memiliki kebijakan yang berbeda terkait penggunaan dosis tersebut.
Semoga informasi ini bermanfaat ya!