© Shutterstock
Barangkali nama penyakit diabetes melitus sudah sering kamu dengar. Benar, penyakit gula satu ini memang bisa menyerang siapa saja. Bahkan, diabetes melitus diketahui sebagai penyakit nomor 6 paling mematikan di dunia. Hal ini belum ditambah fakta jika 4% dari 1,3 juta orang yang meninggal dunia akibat diabetes melitus ternyata belum berusia 70 tahun.
Diabetes sendiri diketahui ada tiga jenis tipe, yaitu diabetes tipe 1, 2 dan gestasional. Masing-masing memiliki gejala yang berbeda, sekalipun penyebabnya sama-sama gangguan produksi insulin.
Sayangnya, masih banyak orang yang belum menyadari bahaya. Apalagi dengan gaya hidup yang nggak sehat, risiko terkena penyakit ini jadi semakin besar. Tahu-tahu kadar gula darah sudah melebihi 270 mg/dl saat periksa. Padahal saat komplikasi terjadi diabetes melitus, bisa memicu beragam penyakit berbahaya lainnya.
Penyakit berbahaya pertama yang bisa terjadi akibat diabetes melitus adalah nefropati diabetik. Penyakit ginjal akibat diabetes tipe 1 dan 2 ini paling umum terjadi. Saat mengalami gangguan ini, fungsi ginjal akan mengalami penurunan. Bahkan dalam kasus yang lebih parah, bisa menyebabkan gagal ginjal, yang nggak lain adalah penyakit ginjal stadium akhir.
Diabetes tipe 1 juga bisa menyebabkan kerusakan progresif pada sistem saraf yang biasa dikenal sebagai Neuropati Diabetes. Saat hal ini terjadi, penderitanya bisa mengalami mati rasa pada tangan dan kaki.
Parahnya lagi, diabetes melitus juga bisa memicu terjadinya penyakit kardiovaskular atau berbagai penyakit pada sistem pembuluh darah yang meliputi stroke dan serangan jantung. Penyakit kardiovaskular yang umum terjadi akibat diabetes adalah jantung koroner yang biasa terjadi akibat penumpukan deposit lemak dalam pembuluh darah, serta hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Baik diabetes tipe 1 maupun 2 yang terjadi secara gradual dan bertahap dalam jangka panjang bisa merusak pembuluh darah retina atau yang biasa disebut retinopati diabetik. Dampaknya pun nggak main-main, karena bisa menyebabkan kebutaan dan gangguan penglihatan lainnya yang cukup serius.
Bukan itu saja, dampak yang terjadi akibat diabetes melitus ini bisa memicu terjadinya disfungsi seksual pada pria, terutama jika penderitanya adalah seorang perokok aktif. Akibat kerusakan yang terjaid pada area vital, masalah ereksi hingga penurunan gairah seksual yang drastis bisa dialami penderitanya.
Risiko lainnya akibat diabetes melitus ini adalah bisa memicu terjadinya diabetes gestasional, karena tingginya tingkat glukosa dalam darah pada pada perempuan hamil. Penderita diabetes gestasional perlu perawatan serius, karena bisa mengancam keselamatan bayi dan ibunya.
Sekarang sudah tahu kan, jika penyakit diabetes melitus ini nggak boleh diabaikan risikonya, karena bisa memicu penyakit berbahaya lainnya. Kamu pun bisa mendapatkan pemahaman lebih lanjut tentang penyakit gula ini dengan ikutan webinar tentang Dukungan Penuh Keluarga Kepada Pasien Diabetes yang diadakan oleh Halodoc.
Bakal ada dokter dari Halodoc yaitu dr. Putri Farissa M, SpPD yang akan menjelaskan secara lengkap tetang penyakit Diabetes, serta Masayu Maya influencer yang akan ikut serta berbagi cerita mengenai pola hidup sehat. Lewat webinar yang dilangsungkan via aplikasi Zoom ini, kamu bisa mendapatkan info penting seputar gaya hidup yang sehat sekaligus yang bisa mencegah terjadinya diabetes melitus.
Selain itu, kamu juga konsultasi langsung dengan ahlinya, hingga belajar deteksi mandiri risiko diabetes melitus pada diri sendiri menggunakan Early Risk Detection Tool dari Halodoc. Dengan begitu setelah ikutan webinar harapannya kamu bisa tahu, apakah kamu termasuk orang dengan risiko diabetes melitus pada kategori Low, Moderate atau High.
Menarik banget kan? Makanya, jangan sampai melewatkan webinar virtual via Zoom ini pada Jumat 18 Juni 2021 dari jam 11.00 sampai 12.00 WIB. Kabar baiknya lagi, buat peserta yang mendaftar webinar ini berkesempatan untuk gabung di WhatsApp Group dari Halodoc dan bisa konsultasi langsung dengan ahli di bidangnya. Buruan daftarkan dirimu sekarang juga di sini.
Ditinjau oleh: dr. Fadhli Rizal Makarim, Dokter Reviewer Content Halodoc
(tmi)