© Shutterstock
Metafetamin atau yang biasa dikenal di Indonesia sebagai sabu-sabu, adalah salah satu dari banyak obat-obatan terlarang. Efek kuat yang dihasilkan oleh zat ini membuat banyak orang menyalahgunakannya.
Salah satu kasus yang cukup menggemparkan baru-baru ini adalah ditangkapnya pasangan artis Nia Ramadhani dan Ardi Bakrie atas kepemilikan sabu seberat 0,78 gram.
Melansir Tirto, diungkap dokter Diah Setia Utami SpKJ, MARS, sabu adalah jenis stimulan. Hal ini menyebabkan seseorang mengalami lonjakan perasaan bahagia lebih dari biasanya.
" Stimulan ini meningkatkan kemampuan psikomotor biar enggak cepat capek. Bisa enggak tidur dua malam. Rasa senang, rasa nyaman itu sampai membuatnya tidak membutuhkan makan, itu sebabnya seorang pengguna sabu tidak lapar-lapar," katanya.
Sependapat dengan dr. Diah, dr. Dyan Mega Inderawati melansir KlikDokter, juga mengatakan bahwa efek yang paling diinginkan adalah perasaan euforia dan bersemangat.
“ Sabu juga dinilai meningkatkan kepercayaan diri, harga diri dan libido. Pemakai sabu bisa tampil penuh percaya diri tanpa ada perasaan malu dan menjadi orang yang berbeda kepribadian dari sebelumnya,” kata dr. Dyan.
Melansir Medical News Today, studi mengatakan, pemakaian sabu, apalagi yang berlebihan, menyimpan potensi bahaya besar untuk kesehatan fisik. Dampak stimulan pada obat ini menyebabkan kerja jantung dan pembuluh darah tubuh menjadi berlebihan.
Peningkatan tekanan darah, baik sistolik dan diastolik, sangat nyata pada penggunaan sabu. Kondisi ini biasanya dibarengi dengan denyut jantung yang kencang. Oleh karena itu, jenis narkotika ini akan membawa dampak sangat berbahaya bagi penderita hipertensi atau darah tinggi.
Tak ayal, penggunaan sabu juga meningkatkan suhu tubuh sampai tinggi sehingga menyebabkan demam luar biasa pada penggunanya. Perlu dicatat bahwa peningkatan suhu tubuh yang berlebihan juga sangat berbahaya karena memengaruhi otak dan menimbulkan kejang.
Kandungan zat berbahaya yang ada di dalam sabu juga bisa menyebabkan seseorang mengalami kerusakan gigi dan gusi. Kerusakan ini sering disebut sebagai “ meth mouth” atau pembusukan gigi yang mengharuskan penderitanya mencabut giginya.
Sabu-sau juga bisa menyebabkan efek neurologis yang tidak hilang meskipun seseorang berhenti menggunakannya. Peneliti mengatakan, efek jangka panjang dari penggunaanya adalah bisa menyebabkan penyakit parkinson, yakni kondisi gangguan saraf yang memengaruhi saraf gerak.
Demi menghilangkan efek buruk sabu, dr. Dyan menyarankan agar melibatkan seorang dokter spesialis psikiatri yang memiliki kapabilitas dalam proses rehabilitasi narkoba.
Tapi, langkah utama yang terpenting adalah hindari semua jenis obat-obatan terlarang dan semacamnya. Jangan pernah sekalipun untuk mencobanya, karena efeknya bisa sangat merusak kesehatan tubuh, hingga mengakibatkan kematian.
Semoga informasi ini bermanfaat ya!