© Shutterstock
Ketika masih masa sekolah, kalian pasti pernah berpura-pura sakit untuk menghindari bersekolah. Pura-pura sakit, bahkan sampai teman-teman, guru-guru, bahkan orangtua pun percaya. Sudah dewasa, kebiasaan ini bisa saja berlanjut demi menghindari tanggub jawab.
Melansir dari WebMD.com, orang-orang yang seperti itu kemungkinan besar mengidap sindrom muchausen. Sindrom muchausen itu adalah masuk gangguan mental atau kejiwaan, guys!
Jadi orang dengan sindrom ini betindak seolah-olah dirinya sedang sakit fisik maupun mental. Padahal, dia nggak benar-benar sakit alias sehat-sehat aja.
Atau bisa jadi gejala yang dia punya itu nggak parah banget, tapi sama dirinya itu dibesar-besarkan. Bahkan mereka rela untuk melukai diri sendiri biar terlihat beneran sakit lho guys!
Gejala utama orang dengan sindrom Muchausen tentu saja dengan sengaja membuat atau membesar-besarkan gejala dengan berbagai cara. Mulai dari berbohong secara omongan, bahkan sampai benar-benar memalsikan gejala.
Mereka bisa sampai melukai diri sendiri untuk menunjukkan gejalanya, mengubah tes (mencemari sampel urin misalnya).
Pasti pada penasaran ya, kira-kira apa sih yang menyebabkan seseorang bisa punya sindrom muschausen ini?
Sialnya, penyebab pastinya masih belum diketahuin guys. Tapi ada beberapa teori nih yang bisa menjelaskan kenapa orang bisa kena sindrom muchausen.
Kemungkinan besar bisa karena pelecahan atau penelantaran ketika seseorang masih anak-anak. Atau bahkan riwayat penyakit yang sering perlu memerlukan rawat inap di rumah sakit. Kedua hal ini bisa jadi faktor dalam perkembangan sindrom ini.
Hmm, sulit sih ya mendiagnosis orang dengan sindrom muchausen. Ya gimana dong, mau diperiksa tapi kan orang dengan sindrom muchausen suka ngada-ngada alias berbohong?
Ya, paling ujung-ujungnya sih dirujuk ke psikiater atau psikolog kalau emang nggak nemuin alasan fisik untuk gejala-gejala yang dikeluhkan.
Untuk mengobati orang dengan sindrom ini, tentu saja tujuannya adalah mengubah perilaku orang tersebut, dan juga mengurangi penyalahgunaan sumber daya medis yang berlebihan.
Kalau sudah, pengobatan berlanjut ke ranah psikologis yang menyebabkan prilaku orang tersebut.
Tidak ada obat-obatan untuk orang dengan sindrom muchausen. Kalaupun ada, itu adalah obat untuk penyakit terkait, seperti depresi.
Nah, jadi siapa yang suka pura-pura sakit sampai sekarang? Kalau sudah sadar, bicara deh sama diri sendiri, atau kepada orang yang lebih profesional seperti psikolog atau psikiater. Ini masalah gangguan kejiwaan, lho!