© Shutterstock
Ketombe atau dalam bahasa medis disebut dengan dermatitis seboroik umumnya kita jumpai di kulit kepala. Walaupun begitu, ketombe juga bisa muncul di wajah, seperti di bagian alis, lipatan hidung, T zone, atau dagu.
Menurut American Oesteopathic College of Dermatology seperti melansir Livestrong, tandanya berupa kulit mengelupas di area wajah yang cenderung berminyak, kadang disertai ruam kemerahan.
Penyebab ketombe di wajah masih diperdebatkan. Yang pasti, masalah kulit ini sering dijumpai pada bagian wajah yang paling berminyak. Kemungkinan besar, juga bisa karena perkembangbiakan jamur malassezia yang ada di kulit.
Kulit berminyak yang dipadu dengan stres, suhu udara ekstrem (biasanya udara dingin), dan kurang menjaga kebersihan wajah diyakini bisa memperparah kondisi ini.
Dermatitis seboroik bisa diatasi dengan rajin membersihkan wajah secara teratur. Tapi yang perlu diingat, saat mengalami ketombe wajah, kulit cenderung lebih sensitif. Karena itu sebaiknya pilih perawatan wajah dengan formula yang lembut (gentle) untuk kulit.
Hindari face wash yang mengandung terlalu banyak deterjen (ditandai dengan busa berlimpah) agar tidak terjadi iritasi dan pengelupasan lebih jauh.
Selain itu, hindari penggunaan moisturizer (pelembap) secara berlebihan. Pasalnya, pengelupasan kulit di wajah tidak disebabkan karena kulit kering. Penggunaan pelembap berlebihan justru membuat kulit semakin berminyak dan ketombe makin parah.
Dermatolog dari University of Wisconsin School of Medicine and Public Health, Apple A. Bodemer, MD, mengatakan ada cara alami yang juga bisa dilakukan untuk mengatasi ketombe di area wajah.
Kamu bisa gunakan minyak daun teh ke area wajah yang berketombe, tapi hati-hati kalau menggunakan minyak esensial teh murni karena bisa terjadi iritasi atau alergi.
" Atau Anda bisa membuatnya sendiri dengan mengencerkan 15 tetes minyak daun teh dengan satu sendok makan minyak kelapa, gel lidah buaya, serta air hangat atau cairan pembersih wajah yang biasa Anda pakai. Gunakan perawatan itu setiap hari kemudian kurangi frekuensinya sampai satu atau dua kali seminggu," kata Bodemer.
Kalau sudah melakukan cara-cara di atas tapi dirasa tak ada perbaikan, disarankan untuk berkonsultasi ke dokter.
Semoga informasi ini bermanfaat ya!