©schoolnewsnetwork.org
Penyakit rubella atau campak Jerman, adalah penyakit akibat virus yang bikin penderitanya mengalami ruam merah di seluruh tubuh. Nggak cuman itu, penderita juga bakalan mengalami demam dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Infeksi ini bisa menyebar layaknya flu, yaitu dari droplet atau tetesan bersin atau batuk orang yang sakit, ke orang yang sedang sehat. Kamu bisa lho terkena penyakit rubella cuman dengan menyentuh mulut, hidung, atau mata setelah tangan kamu terkena tetesan dari orang yang sedang menderitanya.
Penyakit ini menular banget. Meski begitu, penyakit rubella tergolong ringan, dengan gejala yang bisa hilang dalam tiga sampai tujuh hari.
Yang bikin khawatir adalah kalau penyakit rubella menimpa ibu hamil, karena membuat sindrom rubella konginental, yang membuat bayi meninggal, atau cacat lahir bawaan.
Survey yang pernah dilakukan oleh Kementrian Kesehatan mencatat, kalau setiap tahun terdapat 11 ribu kasus suspek campak. Hasil konfirmasi laboratorium terhadap kasus tersebut, diketahui bahwa 12 – 39%
di antaranya adalah Campak pasti (confirmed), dan sebanyak 16–43% adalah penyakit rubella pasti.
Rentang waktu antara tahun 2010 - 2015 memperkirakan ada 23.164 kasus campak, dan 30.463 kasus penyakit rubella. Jumlah kasus ini dipekirakan masih rendah dibandingkan dengan jumlah aslinya, mengingat masih banyaknya kasus yang tidak terlaporkan.
Penyakit rubella merupakan penyakit campak Jerman, atau campak tiga hari, dengan gejala yang mirip dengan campak seperti demam, ruam kemerahan di kulit, dan lainnya.
Meski gejalanya sama, tapi pnyakit rubella ini nggak sama dengan campak biasa. Perbedanaanya terletak pada jenis virus penyebab, percepatan penularannya dan biasanya nggak separah penyakit campak itu sendiri.
Penyakit rubella terjadi karena adanya infeksi virus togavirus jenis rubivirus dan termasuk golongan virus RNA. Dikutip dari Pusat Data dan Informasi Kementrain Kesehatan RI, kalau virus penyebab penyakit Rubella ini dapat berkembang biak di nasofaring dan kelenjar getah bening regional.
Gejala penyakit rubella bisa muncul pada hari ke-3 atau ke-7 setelah infeksi virus. Orang dengan penyakit rubella bisa menulari yang lain pada fase hari ke-7 sebelum ruam muncul, atau hari ke-7 juga setelah ruam muncul. Artinya, mereka bisa jadi menularkan virus penyakit rubella ini bhakan sebelum tahu kalau mereka sedang menderitanya.
Penyebaran virus penyakit rubella bisa terjadi melalui batuk dan bersin, juga kontak langsung dengan penderitanya. Virus ini bisa cepat mati kalau terpapar sinar ultra violet, bahan kimia, asam, atau pemanasan.
Virus ini bisa masuk melalui sawar plasenta, sehingga kalau terjaid pada ibu hamil, maka bisa menginfeksi janin yang dikandungnya. Akibatnya? Abortus atau kematian bayi, atau juga terjadi Congenital Rubella Syndrome.
Syukurnya, vaksin penyakit rubella sudah ditemukan dan membuat jumlah penderitanya di Amerika Serikat, menurun drastis di akhir tahun 1960-an lalu. Tapi, kondisi ini masih umum di negara lain, dengan menyerang sebagian besar anak-anak.
Di Amerika, vaksin penyakit rubella bisanya diberikan ke anak-anak saat mereka berumur 12 dan 15 bulan, lalu diberikan lagi pada umur mereka 4 sampai 6 tahun. Yang artinya, bayi dan balita yang belum menerima vaksin ini bisa berisiko terkena penyakit rubella.
Jumlah penderita penyakit rubella ini harusnya bsia banget ditekan dnegan adanya vaksin MMR yang diberikan ke anak-anak. Kita sudah menerapkan sih.
Vaksin MR merupakan kepanjangan dari Measles, Mumps, Rubella, and atau campak, gondongan, atau rubella.
Berkaca dari Amrika yang bisa mengurangi angka penyakit rubella karena vaksin, seharusnya Indonesia juga bisa dong? Sayangnya, masih banyak orang yang percaya kalau vaksin MMR untuk penyakit rubella ini menyebabkan autisme dan keterlambatan bicara ke ana.
Faktanya? Ya enggak dong. Dikutip dari laman id.theasianparent.com, dr. Mera Hanindita, SpA, kalau vaksin MMR untuk penyakit rubella ini nggak ada hubungannya dengan efek samping yag ditakutkan oleh orang tua.
Lebih lanjut, nggak ada tuh bukti yang menyimpulkan kalau ada hubungan anara imunisasi MMR dengan timbulnya autisme. Terlebih vaksin ini sudah direkomendasikan oleh WHO dan izin edar dari BPON, dan juga telah digunakan di 141 negara di dunia.
Masih ada alasan buat nggak vaksin untuk mencegah penyakit rubella?
Kalau penyakit rubela ini terjadi pada anak-anak, maka gejala yang timbul bisa ringan banget. Misalnya nih, demam ringan, atau bahkan tanpa gejala sama sekali sehingga sering nggak terdeteksi.
Penyakit rubella yang menimpa wanita dewasa sering menimbulkan arthritis atau arthargia.
Kalau ini menimpa pada ibu hamil semester pertama, maka bayi bisa lahir dengan kelainan bawaan yang disebut dengan Conginetal Rubella Syndrome (CRS) yang membuat bayi mengalami cacat lahir, berupa
Komplikasi yang kurang umum dari CSR ini diantaranya
Kalau penyakit rubella menyerang wanita hamil dengan usia janin antara 12 sampai 20 minggu kehamilan, maka biasanya masalah yang terjadi akan lebih ringan. Apa yang terajdi kalau penyakit ini menyerang ibu hamil dengan janin di atas 20 minggu? Nah, penyakit rubella ini biasanya nggak membuat masalah pada kehamilan.
Penyakit rubella merupakan penyebab utama kecacatan lahir. Nggak ada pengobatan untuk bayi yang sudah terkena infeksi ini, dan kerusakan yang terjadi pada janin akan berlangsung selama seumur hidup si anak.
Wanita yang berencana untuk hamil harus memeriksakan diri ke dokter dan memastikan dirinya menjalani vaksin sebelum hamil. Dan karena vaksin MMR merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan, maka seseorang harus menunda untuk hamil dulu paling nggak selama empat minggu, setelah menerima vaksin ini.
Trus apakah wanita hamil boleh mendapatkan vaksin penyakit rubella? Nggak boleh ya. Kalaupun ingin melakukan vaksin, maka mereka harus menunggu paling tidak setelah mereka melahirkan.
Untuk menghindari komplikasi selama kehamilan, banyak wanita hamil yang menjalani tes darah untuk memastikan kekebalannya terhadap penyakit rubella.