© Shutterstock
Biasanya, kebotakan mulai terjadi di usia pertengahan dan terus berlanjut secara bertahap sampai usia senja/tua. Tapi, dalam beberapa kasus ada yang mengalami kebotakan lebih dini.
Kebotakan yang lebih sering terjadi pada laki-laki ini disebut dengan androgenetic alopecia. Sekitar 90 persen dari mereka yang mengalaminya dipengaruhi oleh faktor keturunan.
Penipisan rambut pada laki-laki biasa dimulai dengan makin mundurnya garis rambut di sekitar dahi. Proses ini akan membentuk huruf M atau penipisan rambut yang dimulai di puncak kepala. Makin lama, penipisan rambut makin jelas terlihat sampai menjadi setengah botak atau bahkan botak total.
Para ilmuwan menemukan bahwa pola kebotakan pada pria muncul akibat adanya gen pemicu folikel rambut yang sangat sensitif terhadap dihydrotestosterone (DHT). Hormon turunan testoteron ini dihasilkan dengan bantuan enzim di kelenjar minyak folikel rambut.
DHT akan menempel pada reseptor di folikel rambut, yang membuat folikel itu mengecil. Akibatnya, ukuran folikel pun makin kecil secara permanen dan memproduksi helai rambut yang tipis serta mudah rontok, hingga akhirnya tidak bisa memproduksi rambut sama sekali.
Ada tiga tahapan yang perlu dilewati sampai rambut benar-benar rontok hingga akhirnya botak.
Tahapan pertama adalah tahapan anagen, yaitu pertumbuhan serat rambut aktif. Tahapan ini bisa bertahan selama 2-7 tahun. Sebanyak 80-85 persen rambut yang kamu miliki saat ini berada dalam fase anagen.
Tahap selanjutnya adalah katagen alias fase transisi. Fase ini ditandai dengan rambut yang berhenti tumbuh, biasanya berlangsung selama 10-20 hari.
Tahapan yang ketiga adalah fase telogen, yang terjadi ketika rambut benar-benar berhenti tumbuh dan kemudian mulai rontok. Sebanyak 10-15 persen rambut ada dalam fase telogen, yang umumnya berlangsung hingga 100 hari.
Rambut yang rontok harusnya digantikan dengan rambut baru. Tapi, pada alopecia androgenetik tidak terjadi sehingga berujung pada kebotakan.
Perlu diketahui, semakin parah kebotakan yang dialami di usia muda, maka bisa jadi berkaitan dengan peningkatan risiko kualitas sperma yang rendah. Ada beberapa faktor yang memengaruhi hal ini.
Pria muda dengan kebotakan sedang hingga berat mengalami penurunan kadar SBHG (sex hormone-binding globulin) dalam darahnya. SHBG adalah sebuah protein kompleks yang berikatan dengan hormon seks manusia, antara lain androgen dan estrogen. SBHG dan hormon seks punya peran dalam rangkaian proses kesuburan manusia.
Kadar SBHG yang rendah berakibat pada penurunan proses produksi dan pematangan sel sperma.
Di beberapa kasus, laki-laki yang mengalami kebotakan di usia muda juga bisa mengalami hipogonadisme. Hipogonadisme adalah kondisi kekurangan hormon reproduksi, yang salah satunya ditandai dengan kekurangan kadar testosteron dalam tubuh.
Padahal, hormon testosteron sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan seksual laki-laki. Laki-laki yang mengalami kekurangan testosteron dapat dilihat dari rambut botak atau rambut yang menipis seiring waktu, serta bulu ketiak dan kemaluan yang tidak tumbuh.
Meski begitu, laki-laki dengan rambut botak di usia muda bukan berarti serta-merta tidak akan bisa memiliki keturunan. Tapi, fenomena ini mungkin bisa menjadi salah satu petunjuk adanya gangguan dalam tubuh seorang pria.
Oleh karena itu, penting untuk mendeteksi secara dini risiko penyakit serius serta konsultasi dengan dokter. Semoga informasi ini bermanfaat!