© Shutterstock
Waktu berpuasa, kita diwajibkan untuk nggak makan dan minum dari matahari terbit hingga terbenam. Hal ini bukannya nggak mungkin godaan dari luar datang, yang bisa melemahkan iman kita.
Misalnya waktu ada iklan sirup yang dicampur dengan es batu, atau mungkin semerbak wangi masakan dari tetangga sebelah.
Lapar dan haus merupakan reaksi normal dari tubuh makhluk hidup, sebagai tanda bahwa tubuh kekurangan nutrisi dan cairan. Tapi secara ilmiah, ternyata respon akan lapar dan haus itu berbeda lho.
Makhluk hidup, khususnya manusia lebih bisa menahan lapar daripada haus. Kok bisa sih? Simak nih penjelasannya!
Makhluk hidup memang diciptakan untuk bergantung pada cairan. Meskipun ada beberapa hewan atau tumbuhan tertentu yang tahan terhadap kekeringan dalam kurun waktu lama.
Tapi tetap saja, makhluk hidup nggak bisa dilepaskan dari air sebagai sumber kehidupannya.
Manusia terdiri dari 70% cairan. Otak dan jantung terdiri dari air sebanyak 73%, paru-paru 80% air, ginjal 85% cairan, bahkan tulang manusia mengandung air sebanyak 31%. Karenanya kita butuh air supaya fungsi organ-organ di atas nggak mati.
Menurut National Center for Biotechnology Information (NCBI), jika tubuh dehidrasi maka tubuh akan mengambil cairan yang ada di sel darah, akibatnya darah menjadi lebih kental. Darah yang mengental itu nggak bisa mengalirkan oksigen dengan baik ke seluruh tubuh terutama otak.
Menurut penelitian melansir Medical News Today, 3 hari saja seseorang nggak minum sama sekali, maka organ-organ dalam tubuhnya akan berhenti bekerja, bahkan akan mengalami kematian total.
Selain reaksi fisik, rasa haus juga bisa berdampak pada psikologis. Melansir Psych Central, rasa haus akibat dehidrasi akan memengaruhi kerja otak dan mental seseorang, sehingga bisa mengakibatkan perubahan cara berpikir dan perilaku, seperti perasaan gelisah dan halusinasi.
Jadi pastikan rajin minum ya, supaya kebutuhan cairan tubuhmu terpenuhi. Kalau sedang puasa, maksimalkan minum air putih saat sahur dan berbuka.