© Shutterstock
Imbas polusi udara yang kian memburuk di wilayah DKI Jakarta belakangan membuat gejala dan permasalahan kesehatan lain mulai dikeluhkan warga. Batuk hingga sesak napas menjadi gejala umum yang mulai menganggu kesehatan masyarakat.
Menindaklajuti hal ini, Juru Bicara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) Mohammad Syahril mengungkapkan, jika ada dua kelompok masyarakat yang paling sensitif terdampak polusi udara di Jakarta.
" Nah, memang yang terbanyak itu saluran napas. Karena dia diisap kan ya. Ini berbahaya, satu bagi orang sensitif. Yaitu pertama, orang yang asma," kata Syahril sebagaimana dikutip dari laman Liputan6.com pada Jumat, (18/8/2023).
Orang dengan riwayat penyakit tertentu, terutama mereka yang mempunyai masalah kesehatan perpanapasan harus lebih waspada karena mudah terdampak.
" Dia orang sensitif kan ya, kena debu dikit, panas dingin itu sangat cepat terjadi dialami mereka semua," sambung Syahril.
Golongan orang yang mudah terdampak imbas polusi udara selanjutnya adalah mereka yang mempunyai riwayat pernapasan kronik.
" Kedua, gangguan pada orang-orang yang punya riwayat pernapasan kronik ya yang disebut dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik atau PPOK. PPOK itu sehari-hari aja udah susah napas karena keterbatasan, apalagi kena polusi udara," sambung Syahril.
Polusi Penyebab Kematian
Berdasarkan data Global Burden Diseases 2019 Diseases and Injuries Collaborators, ada 5 penyakit respirasi penyebab kematian tertinggi di dunia, yakni Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), pneumonia, kanker paru, tuberkulosis, dan asma. Polusi udara menjadi salah satu penyebab penyakit-penyakit tersebut dengan prevalensi tinggi.
Dari data tersebut menunjukkan, PPOK memiliki jumlah 209 kejadian dengan 3,2 juta kematian, pneumonia 6.300 kejadian dengan 2,6 juta kematian, kanker paru 29 kejadian dengan 1,8 juta kematian.
Merujuk data Kementerian Kesehatan RI per April 2023, PPOK ada 145 kejadian dengan 78,3 ribu kematian, kanker paru 18 kejadian dengan 28,6 ribu kematian, pneumonia 5.900 kejadian dengan 52,5 ribu kematian, dan asma 504 kejadian dengan 27,6 ribu kematian.
Tak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat, penyakit respirasi juga memberikan tekanan pada anggaran BPJS Kesehatan untuk menanggung biaya pengobatan penyakit akibat polusi udara.
Faktor risiko polusi udara terhadap penyakit respirasi ini pun cukup tinggi. PPOK memiliki risiko 36,6 persen, pneumonia 32 persen, asma 27,95 persen, kanker paru 12,5 persen, dan tuberkulosis 12,2 persen.