© Shutterstock.com/g/fizkes
Melansir dari laman Theconversation.com Selasa (22/9), pada tahun 2050 dua pertiga rumah tangga di seluruh dunia diprediksi akan memiliki pendingin ruangan dan akan meningkatkan kebutuhan energi hingga tiga kali lipat.
Jika tidak berasal dari sumber energi yang dapat diperbaharui, semakin banyaknya penggunaan pendingin ruangan akan menyumbangkan emisi gas rumah kaca hingga berkontribusi pada pemanasan global. Hal ini berarti musim panas akan menjadi semakin panas.
Namun, bangunan dapat dirancang untuk menjaga udara tetap dingin, tanpa harus berkontribusi kepada perubahan iklim. Berikut ini beberapa tips yang bisa Moms ketahui untuk menjaga rumah tetap dingin walau tanpa mengguanakan AC. Semoga membantu!
Cara paling umum yang bisa dilakukan untuk membuat udara dingin dalam ruangan adalah dengan membuka jendela. Namun, cara ini juga dapat membuat udara di dalam menjadi sama panasnya dengan di luar.
Untuk menjaga udara panas keluar sebenarnya adalah dengan insulasi yang baik dan penempatan jendela yang tepat. Pelindung rumah seperti atap miring dan kisi-kisi jendela sangat efektif ketika musim panas.
Walau demikian, akan sulit untuk memasang naungan pada jendela-jendela yang dipasang menghadap ke timur dan barat. Hal ini disebabkan oleh pemakaian tirai gulung ataupun gorden hanya akan menutup pemandangan dan mencegah cahaya masuk.
Baru-baru ini, atap rumah dicat menggunakan pigmen spesial untuk memantulkan radiasi dari matahari, tidak hanya sekadar cahaya yang terlihat tapi juga hingga sinar infra merah. Hal ini dapat menurunkan suhu udara hingga lebih dari 10°C dibandingkan dengan cat biasa.
Selain itu, lapisan cat dibuat dari bahan yang sudah diseleksi untuk jendela juga menjaga panas matahari di luar ruangan, tapi cahaya dapat masuk. Ada juga pelapisan fotokromik, yang berubah tergantung pada intensitas cahaya yang masuk, mirip seperti kacamata hitam.
Pelapisan termokromik, yang akan bertambah gelap saat udara panas. Cat termokromik, yang bisa menyerap cahaya dan panas saat udara dingin dan memantulkan kembali saat udara panas, sedang dikembangkan.
Bangunan yang terbuat dari batu, batubata atau beton atau dibangun di atas tanah terasa lebih dingin karena tingginya " massa termal" dari bahan-bahan tersebut. Massa termal adalah kemampuan bahan bangunan untuk menyerap dan melepaskan panas secara perlahan, sehingga bisa mendapatkan suhu sejuk di pagi hari dan hangat di malam hari.
Sayangnya, bangunan modern menghasilkan lebih sedikit massa termal atau bahan-bahan yang memiliki massa termal yang tinggi malah tertutup oleh papan atau karpet. Kayu juga semakin banyak digunakan dalam kontruksi bangunan. Namun, meskipun bangunan terbuat dari bahan kayu umumnya memiliki dampak lingkungan yang lebih kecil, massa termal yang dihasilkan sangatlah buruk.
Air dapat menyerap panas dan menguap. Saat uap air yang panas naik, maka akan mendorong udara dingin ke bawah. Fenomena sederhana ini menjadi dasar pengembangan sistem pendinginan, yaitu menggunakan air dan ventilasi alami untuk mengurangi suhu dalam ruangan. Teknik yang digunakan untuk penguapan air antara lain semprotan, pipa semprot otomatis (untuk membuat kabut), bantalan yang lembab atau material berpori seperti alat penguapan terbuat dari keramik yang berisi air.
Air dapat diuapkan di menara, penangkap angin atau dinding berlapis ganda. Semua fitur yang membuat ruang di mana udara panas dan uap air dapat naik, sementara udara dingin ke bawah. Sistem ini akan efektif selama udara cenderung kering dan dikontrol secara baik. Beberapa laporan menyatakan bahwa sistem ini bisa menurunkan suhu 14°C hingga 16°C di beberapa bangunan.
Moms, beberapa tips di atas mungkin terbilang sulit untuk diupayakan sendiri. Namun, beberapa ide untuk membuat ruang terasa dingin tanpa memanfaatkan penggunaan AC tersebut disarankan dan akan lebih efektif dikerjakan oleh para ahli. Walau belum bisa eksekusi sendiri, semoga bisa membantu Moms untuk tahu lebih jauh bahwa kita sama-sama harus peduli akan keberlangsungan lingkungan hidup ini.
Sumber: Theconversation.com
Penulis: Aurore Julien
Penerjemah: Fahri Nur Muharom