© Liputan6.com/Johan Tallo
Saat akan bepergian ke luar negeri, salah satu kewajiban yang harus kita lakukan adalah menukarkan uang dari mata uang negara asal ke mata uang negara tujuan.
Pun demikian saat kita melakukan pembelian barang yang berasal dari luar negeri. Harga barang perlu dikurskan terlebih dahulu untuk mengetahui berapa jumlah yang harus dibayarkan jika dihitung dengan mata uang kita.
Segala perhitungan kurs yang berbeda-beda antar mata uang tiap negara menimbulkan pertanyaan, mengapa seluruh negara di dunia punya mata uangnya sendiri-sendiri?
Indonesia dengan rupiah, Amerika Serikat dengan dollar, Jepang dengan yen, dan masih banyak lagi mata uang yang ada di dunia. Beragamnya mata uang di dunia ini rupanya berkaitan erat dengan tradisi transaksi di masa lalu, yakni barter.
Di era barter, kita melakukan transaksi dengan saling menukarkan barang. Dikutip dari kanal YouTube Kok Bisa?, perbedaan nilai pada barang yang ditukar ini menimbulkan kebingungan karena adanya perbedaan nilai tiap benda. Akhirnya, tiap peradaban berinisiatif membuat alat transaksi sendiri berupa uang. Perbedaan jenis dan nilai sumber daya alam yang dihasilkan oleh tiap bangsa kemudian membuat besaran mata uang tiap negara jadi berbeda-beda.
Dilansir dari Investopedia, nilai mata uang ditentukan dengan dua cara, suku bunga mengambang dan suku bunga tetap. Suku bunga mengambang ditentukan oleh tingginya penawaran dan permintaan pasar. Misal, jika permintaan mata uang dollar Amerika Serikat oleh Indonesia meningkat, maka harga dollar terhadap rupiah pun ikut meningkat karena adanya hubungan penawaran dan permintaan.
Sementara itu, suku bunga tetap ditentukan oleh pemerintah lewat bank sentral negara. Untuk mempertahankan nilai tukar terhadap mata uang negara lain, pemerintah akan melakukan jual beli mata uang sendiri dengan negara yang mata uangnya dijadikan sasaran. Misal, Bank Indonesia sebagai bank sentral melakukan transaksi rupiah terhadap dollar Amerika Serikat untuk menjaga nilai kurs tetap stabil.
Penyeragaman mata uang untuk banyak negara sangat mungkin dilakukan. Salah satu wujud nyata yang sudah berjalan lama adalah bagaimana negara-negara Uni Eropa sepakat untuk menggunakan euro sebagai mata uang negara mereka. Indonesia dan beberapa negara Asean pun sempat memunculkan wacana serupa. Pada saat ini pun sebenarnya dollar Amerika Serikat seolah jadi mata uang global karena digunakan oleh sekitar 64% penduduk bumi.
Belum lagi belakangan ini sedang marak transaksi dengan mata uang digital alias kriptokurensi. Lewat mata uang kripto seperti bitcoin, berbagai negara di dunia seolah disatukan lewat satu jenis mata uang.
Meski begitu, penyeragaman mata uang untuk banyak negara perlu dipikirkan lebih lanjut beserta segala risikonya. Salah satunya adalah potensi krisis menyeluruh seperti yang dialami oleh Yunani. Bergabung dengan Uni Eropa dan mengganti mata uangnya dengan euro pada 2001, Yunani justru terseret pusaran krisis keuangan para pada 2008.
Jadi, perbedaan mata uang tiap negara terjadi karena adanya beda kondisi ekonomi tiap bangsa. Meski begitu, tak menutup kemungkinan di masa depan akan ada satu mata uang yang berlaku secara global.
Apakah akan lebih praktis atau justru membuat repot? Hmm...