© Liputan6.com/Angga Yuniar
Pandemi corona berpengaruh besar pada laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Kepala Riset Praus Capital, Alfred Nainggolan memperkirakan IHSG tidak akan menunjukkan laju kenaikan yang signifikan hingga akhir tahun. Bahkan untuk menyentuh level 6.000, IHSG perlu waktu setidaknya sampai 2021.
Ketidak pastian kapan berakhirnya COVID-19 disebutnya sebagai alasan pelaku pasar ragu untuk mengambil keputusan. Kondisi itu lah yang membuat performa IHSG sulit kembali menyentuh angka 6.000.
"Prediksi IHSG fase Juni 2020 kita di puncak (curva) sehingga di kuartal III dan IV PSBB sudah mulai mereda. Angka masih akan sulit tembus (lvel) 6.000 ada di tahun 2021. Membuat prediksi IHSG durasi masih agak sulit kita prediksi," ujarnya seperti dikutip dari Merdeka.com.
Ditambahkan oleh Alfred bahwa aksi buyback saham oleh perusahaan BUMN pun tidak akan langsung mampu menaikkan harga saham. Hal ini disebabkan karena salah satu indikator emiten sangat dicermati di tengah COVID-19, yaitu kinerja bisnis itu sendiri.
" Buyback ini bukan kebijakan untuk mengangkat harga sehingga buyback tidak bisa mendorong harga saham naik," tambahnya.
Namun, ditambahkan lagi bahwa kebijakan buyback saham bisa mendongkrak harga saham emiten jika langkah itu diikuti oleh pasar.
" (Jika) investor juga melakukan hal yang sama. Jadi buyback pure-nya sebatas stabilitas harga," tuturnya.