© Shutterstock
Pandemi Covid-19 membuat masyarakat mau tidak mau lebih sering menghabiskan waktu di rumah. Apalagi sejak diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Berbagai aktifitas yang dilakukan dirumah antara lain sekolah, bekerja, sampai kegiatan jual-beli.
Ketika lapar dan malas memasak, kamu tinggal memesan layanan antar online. Begitupun jika kamu ingin berbelanja, secara online pun bisa. Sadar tidak sadar, kamu lebih sering melakukan kegiatan jual-beli secara non tunai.
Data menunjukkan, lebih dari 75% responden di Indonesia setuju bahwa COVID-19 telah membuat mereka lebih sering belanja online.
Lebih lanjut Standard Chartered melakukan survei terhadap 12.000 orang dewasa di 12 negara antara lain; Hong Kong, India, Indonesia, Kenya, China Daratan, Malaysia, Pakistan, Singapura, Taiwan, Uni Emirat Arab Inggris, dan AS.
"Di Indonesia, preferensi konsumen untuk berbelanja online telah meningkat 16%, dari 40% sebelum pandemi ke 56% saat pandemi,"
"Ini juga menjadi tren global, yang mana kini hampir 48% lebih memilih berbelanja online," tulis laporan tersebut.
Sebagaimana dilaporkan dari Survei ATM Standard Chartered bahwa Covid-19 telah secara drastis mempercepat penurunan penggunaan ATM. Bahkan disebutkan bahwa penarikan tunai dari ATM sekarang menurun setengah dari jumlah dua tahun lalu.
Sekarang masyarakat lebih banyak yang memilih menggunakan dompet digital, seperti contohnya yang ada di Indonesia; LinkAja, OVO, dan DANA.
Prefrensi untuk pembayaran online ini berlaku untuk berbagai pembelian, mulai dari bahan makanan, kebutuhan fashion, hingga perangkat digital. Masih dalam survei terkait, 80% orang di Indonesia sekarang mengharapkan negara ini menjadi sepenuhnya menjadi non-tunai, dengan sebagian besar mengharapkan transisi ini terjadi pada tahun 2025.
Wah keren sih, tapi apa menurut kamu negara Indonesia sudah benar-benar siap?