© Liputan6.com
Kehadiran mata uang kripto seperti Bitcoin belakangan ini semakin menarik perhatian para penggiat investasi. Aset kripto dijadikan opsi baru untuk memulai investasi.
Berdasarkan catatan Pengawas Perdagangan Komoditi (Bappeti), hingga Maret 2021 total transaksi aset kripto yang terjadi di Indonesia sudah mencapai Rp 126 triliun. Jumlah yang luar biasa untuk jenis investasi yang terbilang baru.
Lantas, apa saja yang perlu diperhatikan jika kita ingin mulai untuk terjun ke dunia investasi aset kripto?
Bagi yang berminat investasi pada aset kripto, maka perlu memperhatikan dan mewaspadai beberapa hal. Wakil Direktur Institute For Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto, mengungkapkan setidaknya ada lima hal yang harus diperhatikan para calon atau investor aset kripto di tengah kondisi saat ini.
Pertama, investor harus terlebih dulu melihat aspek jaminan keamanan pada investasinya tersebut. Hal ini sangat penting sekali.
Kedua, investor harus bisa menilai tipe dirinya sendiri apakah termasuk risk taker atau tidak. Ia menyarankan agar investor high risk saja yang berinvestasi di aset kripto.
" Data ini sangat fluktuatif sekali, artinya ini mungkin cocok untuk orang-orang yang risk taker. Senangnya mengambil risiko, karena ini adalah aset berisiko," tutur Eko dalam diskusi Plus-Minus Investasi Aset Kripto pada Kamis (24/6).
Hal ketiga yang harus diperhatikan adalah dari sisi dana. Menurut Eko, jangan menggunakan dana investasi yang bersumber dari alokasi konsumsi atau uang pinjaman. Hal ini masih berkaitan dengan nilai kripto yang sangat fluktuatif.
Keempat, juga harus selalu waspada terhadap aset kripto yang menjanjikan keuntungan tetap.
" Karena fluktuasi yang tinggi, itu dalam ekonomi keuangan tidak match dengan janji keuntungan tetap. Kadang ada yang menjanjikan keuntungan tetap, itu agak sulit dimengerti karena fluktuasinya tinggi, kenapa bisa menjadi keuntungan tetap. Kalau seperti itu, harus lihat lebih jauh," tutur Eko.
Hal kelima yang harus diperhatikan adalah kondisi perekonomian. Menurut Eko, aset kripto yang semakin banyak digemari saat ini bukan hanya karena faktor digitalisasi, tap juga kondisi perekonomian global yang sedang lesu akibat pandemi Covid-19.
Sehingga, katanya, peminat instrumen investasi lain seperti saham dan obligasi, berkurang. Namun ada kemungkinan kondisinya akan berubah seiring dengan pemulihan ekonomi, dan orang-orang mulai meninggalkan kripto.
" Kalau sudah membaik perekonomian global, apakah masih menjadi pilihan investasi atau tidak. Karena bisa saja,nanti orang kembali lagi untuk investasi ke obligasi atau saham. Pada saat itu, mungkin kalau aset kripto yang tidak bonafit juga akan banyak ditinggalkan orang," ungkap Eko.
Reporter: Librina Andrianti
Sumber: Liputan6.com