Investasi Saham Gak Cocok Untukmu Jika Belum Siap Terima 6 Risiko Ini

Reporter : Hevy Zil Umami
Kamis, 4 Februari 2021 16:50
Investasi Saham Gak Cocok Untukmu Jika Belum Siap Terima 6 Risiko Ini
Saat IHSG sedang terpuruk seperti ini, semakin banyak orang yang mulai panik atas kondisi portofolionya.

Momen ini sangat cocok bagi kita untuk menguji kembali sesuatu yang sensitif. Banyak orang tidak mengerti atau terkadang mengabaikan hal ini.

Risiko yang terlibat dalam berinvestasi di saham jauh lebih besar daripada risiko di sebagian besar instrumen investasi lainnya. Hal tersebut sejalan dengan potensi keuntungan yang bisa didapatkan dari instrumen ini. Akan aneh jika risiko itu tidak sejalan dengan return yang akan didapat.

Di era informasi bebas ini, banyak yang membahas potensi return saham tanpa membahas risiko yang melekat pada instrumen ini.

Alhasil, banyak yang ketakutan dan frustasi hanya karena nilai portofolionya menurun akibat jatuhnya harga saham.

Jadi, jika kamu tidak bisa menerima risiko ini, mungkin saham bukanlah instrumen investasi yang tepat untuk kamu. Kembali saja memilih instrumen investasi lain yang memiliki risiko relatif lebih rendah, seperti deposito atau obligasi pemerintah.

Oke kita bahas satu persatu, seperti dilansir dari Bigalpha.id, berikut ini.

1 dari 6 halaman

1. Risiko Pasar

Ilustrasi Pasar Saham

Risiko Pasar adalah risiko di mana nilai investasi kita disebabkan oleh perkembangan ekonomi atau peristiwa yang mempengaruhi seluruh pasar. Risiko pasar adalah hal yang paling umum terjadi di Indonesia, karena betapa rapuhnya pasar modal kita terhadap arus masuk / arus keluar modal dari investor asing.

Contohnya bisa apa saja, dari perang dagang, masalah Brexit hingga yang terakhir, masalah virus korona, yang besarannya semakin besar belakangan ini. Bisa dijamin, kamu akan mengalami floating loss akibat pergerakan pasar terlepas dari kondisi fundamental saham yang kamu pegang.

2 dari 6 halaman

2. Risiko Likuiditas

Ilustrasi Pasar Saham

Risiko ini merupakan risiko likuiditas yang melekat pada suatu saham karena jumlah penawaran yang terlalu kecil sehingga menyulitkan saham tersebut untuk dijual. Oleh karena itu, bursa telah membuat indeks saham paling likuid yang diperbarui secara berkala. Indeks ini adalah salah satu indeks paling terkenal di bursa dengan nama Indeks LQ45.

Risiko likuiditas juga bisa muncul akibat suspensi oleh otoritas bursa karena suatu kasus, baik karena UMA (aktivitas pasar yang tidak biasa) maupun kasus yang terjadi pada saham itu sendiri. Contoh paling nyata adalah kasus AISA, yang sahamnya disuspensi oleh bursa akibat penipuan manajemen.

Jadi, saham yang ada belum tentu kembali dijual.

3 dari 6 halaman

3. Risiko Konsentrasi

Ilustrasi Pasar Saham

Risiko ini muncul akibat kondisi portofolio yang terlalu terkonsentrasi pada satu sektor atau lebih buruk lagi menjadi hanya satu saham. Alhasil, portofolio kamu akan berpindah hanya bergantung pada pergerakan saham / sektor tersebut.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, diversifikasi portofolio menjadi solusi yang tepat. Diversifikasi portofolio dapat dilakukan dengan membagi konsentrasi saham dari lebih dari satu sektor, atau dengan membagi uang yang kita miliki ke dalam beberapa kelas aset lainnya, seperti instrumen yang menawarkan pengembalian pendapatan tetap (deposito atau obligasi pemerintah).

4 dari 6 halaman

4. Risiko Regulasi

Ilustrasi Pasar Saham

Risiko regulasi adalah risiko yang melekat pada instrumen saham akibat pengaruh regulasi pemerintah yang mempengaruhi sentimen pasar terhadap sektor atau saham tertentu.

Contohnya adalah pengaturan harga gas dalam negeri yang mempengaruhi saham PGAS, kebijakan DMO batubara yang berdampak pada emiten batubara di bursa atau kenaikan harga cukai rokok pemerintah yang berdampak pada emiten rokok.

Risiko regulasi dapat mengikuti perkembangan politik dan tuntutan masyarakat yang ada. Jadi, misalnya, akan muncul peraturan pemerintah untuk memangkas emisi kendaraan. Hal tersebut tentunya akan menjadi sentimen negatif bagi emiten otomotif di pasar.

5 dari 6 halaman

5. Risiko Harga Komoditas

Ilustrasi Pasar Saham

Risiko ini melekat pada saham berbasis komoditas. Baik itu minyak bumi, batu bara, nikel dan timah, hingga emas. Bagi emiten dengan karakteristik tersebut, harga saham akan bergerak secara siklikal mengikuti pergerakan harga komoditas di pasar.

Berbeda dengan industri lain yang produsennya dapat menentukan harga jual produk yang dihasilkannya, harga referensi komoditas tersebut berada di luar kendali perusahaan. Oleh karena itu, kinerja keuangan mereka sangat bergantung pada hal tersebut yang tentunya akan mempengaruhi pergerakan sahamnya.

6 dari 6 halaman

6. Risiko Informasi

Ilustrasi Pasar Saham

Risiko ini menggambarkan risiko yang melekat pada arus informasi yang kami terima. Akan selalu ada bias informasi dari setiap informasi yang dikeluarkan oleh semua pihak di pasar modal. Baik itu dari otoritas bursa, rilis perusahaan sekuritas, hingga saluran telegram komunitas. Begitu juga dengan setiap tulisan yang kami terbitkan di web, media sosial, atau bahkan e-book yang kuat rtalan yang rutin kami terbitkan.

Bias tersebut dapat diperoleh oleh bermacam hal, termasuk dari cara bagaimana suatu informasi diperoleh dan dianalisa.

Kita tidak bisa melihat semua hal sekaligus. Ada faktor yang tidak menjamin yang harus sebagai investor. Untuk itu, asumsi-asumsi yang harus digunakan untuk menghadapi informasi yang tidak mencukupi (informasi yang tidak memadai). Faktor ketidakpastian tersebut lah yang juga harus kita pertimbangkan sebagai risiko dalam naik ke pasar modal.

Beri Komentar