© Shutterstock
Dulu, mungkin sebagian besar orang berpikir bahwa utang adalah sesuatu yang sebaiknya dihindari. Hingga kini bahkan beberapa orang masih memegang kepercayaan tersebut.
Namun agaknya anggapan demikian semakin lama semakin luntur seiring dengan kemunculan kartu kredit. Dengan kartu kredit, kegiatan berutang dianggap sebagai sesuatu yang normal normal saja oleh banyak orang.
Seiring berkembangnya zaman, segala transaksi beralih menuju digital. Pun demikian dengan kartu kredit yang menjelma menjadi fitur bernama pay later.
Sesuai arti harfiah dari namanya, pay later memungkinkan penggunanya untuk mendapatkan sesuatu yang bisa dibayar belakangan. Sistem yang sama persis dengan kartu kredit. Bedanya, pay later menempel dengan segala transaksi berbasis elektronik, sementara kartu kredit lebih ke transaksi fisik.
Bila dibandingkan dengan kartu kredit, proses pendaftaran pay later bisa dibilang jauh lebih singkat dan mudah. Hanya memang kamu harus merelakan data pribadi untuk diserahkan sebagai syarat pendaftaran.
Pengguna cukup mengunggah foto KTP dan foto diri sembari memegang KTP sebagai syaratnya. Selebihnya, akan ada informasi yang perlu diisi dalam bentuk formulir yang berbeda-beda, tergantung platform yang kamu pilih.
Sebagaimana kartu kredit, pay later juga memiliki limit atau batasan transaksi. Limitnya bervariasi, mulai dari Rp 500 ribu sampai Rp 5 juta per bulannya.
Persentase bunga juga akan berbeda-beda tiap platform, tergantung pada tenor cicilan yang dipilih di awal. Beberapa platform juga menawarkan bebas bunga untuk pengguna yang bisa langsung membayar lunas di bulan berikutnya.
Sistem pay later memang menawarkan kemudahan, sebagaimana produk digital lainnya. Segala transaksi bisa dilakukan hanya dengan beberapa sentuhan ujung jari ke layar gawai. Pembelian mulai dari makanan, barang, sampai tiket transportasi bisa dilakukan dengan sangat mudah.
Jangka waktu cicilan yang ditawarkan pun bervariasi dan sangat bisa disesuaikan dengan kemampuan masing-masing pengguna. Di berbagai platform e-commerce maupun e-wallet, pengguna bisa memilih tenor mulai dari 1 sampai 12 bulan untuk melunasinya.
Pay later semakin bertambah menarik dengan adanya berbagai promo. Mulai dari potongan harga sampai bebas bunga bisa kamu dapat, tentu dengan beberapa syarat.
Kendati demikian, segala kemudahan itu juga bisa berimbas kurang baik. Meski tidak selalu, namun penggunaan pay later sangat berpotensi membuat penggunanya menjadi lebih boros. Saat menggunakan pay later, akan muncul angggapan bahwa semua barang bisa dibeli, bahkan kalau saat itu tidak memegang uang yang cukup sekalipun.
Bertambahnya utang berarti juga harus ada perubahan dari segi perencanaan keuangan. Tentu pengeluaran untuk pay later sebaiknya tidak sampai mengalahkan kebutuhan yang lebih prioritas.
Di samping itu, keamanan data pribadi juga menjadi lebih rawan. Seperti kita tahu, belakangan data diri menjadi komoditas yang bisa diperjual belikan. Bahkan data diri bisa menjadi obyek untuk dicuri oleh para pelaku cyber crime.
Menggunakan pay later adalah hak semua orang. Bebas saja, selama kamu masih bisa mengontrol diri untuk nggak terlalu banyak melakukan transaksi yang bisa saja justru menyulitkan di kemudian hari. Pertimbangkan juga segala kelebihan dan kekurangannya.
Selalu ingat deh, kalau mulai lupa diri dan merasa sultan cuma karena kemudahan yang ditawarkan pay later, tanyakan lagi pada dirimu sendiri,
" Sultan macam apa yang masih ngutang?"