© Xinhua/Then Chin Wey
Pandemi COVID-19 masih terus menyebar ke berbagai negara. Kendati mulai tertanggulangi di beberapa tempat, namun dampak yang ditimbulkan olehnya tidak bisa serta merta dipulihkan.
Terdekat, Singapura telah memasuki masa resesi atau penurunan kondisi ekonomi. Pada kuartal II 2020, ekonomi Singapura mengalami minus 41,2 persen. Penurunan yang semakin drastis jika dibandingkan dengan periode sebelumnya, yakni pada kuartal I 2020 di mana penurunan sebesar 3,3 persen.
Resesi dialami oleh Singapura semenjak melambatnya kinerja ekonomi mereka setelah penerapan sistem lockdown parsial sejak April lalu.
Pariwisata yang menjadi sektor ujung tombak Singapura dalam meraup pendapat besar untuk sementara tidak dapat berjalan. Ini terlihat dari mandeknya aktivitas penerbangan, perhotelan, dan restoran selama pandemi.
Melihat hal tersebut, sekilas Singapura memiliki keindetikan dengan Indonesia, yakni sama-sama mengandalakan sektor pariwisata. Lalu, apakah mungkin Indonesia juga akan terjerumus dalam jurang resesi ekonomi?
Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomina, Umar Juoro menjelaskan bahwa Indonesia bisa jadi terimbas oleh resesi yang dialami oleh Singapura. Hal ini dikarenakan posisi Singapura yang menjadi salah satu mitra dagang dan investor utama di Indonesia.
" Pengaruhnya terhadap Indonesia tentu besar karena Singapura adalah salah satu rekan dagang dan investor utama di Indonesia. Singapura juga ketat mempersyaratkan kerja sama dengan negara lain yang menerapkan standar tertentu dalam penanganan Covid," terang Umar seperti dikutip dari Liputan6.com.
Perkiraan puncak pandemi COVID-19 di Indonesia diprediksi terjadi pada Agustus atau September 2020. Jika hal ini benar, maka kemungkinan Indonesia mengalami resesi akan makin besar.
" Jika puncak pandemi pada September, maka kemungkinan Indonesia mengalami resesi menjadi semakin besar karena kegiatan ekonomi terutama konsumsi dan investasi sangat terganggu," lanjut Umar.
Waduh, gimana dong?
Kendati ada kemungkinan Indonesia terdampak resesi, namun Umar menyebut bahwa potensi terjerembabnya lebih dangkal, tidak seperti Singapura.
Perbedaannya terletak pada ketergantungan sumber ekonomi. Singapura lebih menggantungkan pada perekonomian dunia sehingga ketika seluruh dunia terhambat, maka kondisi di dalam pun ikut melambat. Sementara itu, ekonomi di Indonesia lebih didominasi sektor ekonomi domestik alias dalam negeri.
" Kita kan tidak bergantung kepada ekspor, jadi di tengah wabah sekarang ini kontraksi ekonomi tidak akan seburuk Singapura. Kuartal II Kita perkirakan antara minus -5 persen, kuartal III minus -3 persen," terang Piter Abdullah, Direktur Riset Core Indonesia.
Resesi ekonomi adalah hal yang wajar terjadi di seluruh negara dunia saat ini. Terlebih untuk mereka yang mengandalkan ekspor seperti Singapura.
Selama wabah masih terus menyebar, Indonesia pun tidak bisa mengelak dari resesi di tahun 2020. Seperti disebut oleh Piter bahwa kontraksi ekonomi akan terjadi di kuartal II dan kuartal III.
Meski begitu, dominasi ekonomi dalam negeri edikit menguntungkan karena kita masih bisa memperkuatnya sembari tetap menaati regulasi yang sesuai dengan standar keamanan COVID-19.
Sumber: Liputan6.com
Reporter: Pipit Ika Ramadhani