© Liputan6.com/Angga Yuniar
Pertumbuhan ekonomi Singapura mengalami kemerosotan tajam selama masa pandemi COVID-19. Terbatasnya pergerakan semenjak penerapan lockdown parsial sebagai salah satu langkah penuntasan pandemi membuat banyak aktivitas ekonomi terhambat atau justru berhenti sementara.
Pada kuartal II 2020, ekonomi Singapura mengalami minus sebesar 41,2 persen.
Sebagai salah satu negara dengan lokasi terdekat dengan Indonesia, apakah kira-kira resesi yang dialami oleh Singapura akan berdampak pada sektor usaha di negara kita?
Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Umar Juoro mengatakan kalau Indonesia jelas akan terimbas oleh resesi yang dialami Singapura. Hal ini disebabkan oleh posisi Singapura yang menjadi salah satu mitra dagang dan investor utama di Indonesia.
" Pengaruhnya terhadap Indonesia tentu besar karena Singapura adalah salah satu rekan dagang dan investor utama di Indonesia. Singapura juga ketat mempersyaratkan kerja sama dengan negara lain yang menerapkan standar tertentu dalam penanganan COVID," tuturnya seperti dikutip dari Liputan6.com.
Dari bidang usaha, khususnya perdagangan dan investasi, pun akan ikut terhambat.
Shinta Widjaja Kamdani, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Bidang Hubungan Internasional menerangklan bahwa tak mudah untuk melakukan perpindahan transaksi baik dagang mapun investasi dari Singapura ke Indonesia.
" Selain sektor pariwisata, sektor-sektor ini lebih berorientasi domestik alias pelaku usaha dan pasar pengguna jasanya ada di dalam negeri (Singapura) sehingga tidak ada (potensi transaksi dagang) yang bisa dialihkan ke Indonesia," terang Shinta kepada Liputan6.com.
Peran krusial Singapura sebagai katalisator atau penghubung perdagangan dan investasi Indonesia juga menimbulkan kekhawatiran. Sebabnya, mayoritas kegiatan ekspor dan impor Indonesia banyak difasilitasi oleh jasa perdagangan, logistik, dan jasa keuangan Singapura.
" Justru kalau technical recession di Singapura, kita perlu khawatir ekspor kita dan inbound investasi asal Singapura di Indonesia ikut tertekan karena daya beli masyarakat Singapura menurun," terang Shinta.
Sebagai langkah antisipasi, Shinta menyebut bahwa Indonesia harus sesegera mungkin meningkatkan daya saing jasa nasional dan menciptakan iklim investasi yang kondusif agar dapat bertahan.
" Sesegera mungkin (harus tingkatkan daya saing jasa nasional dan iklim investasi). Kalau tidak, kondisi ini tidak akan pernah menjadi menguntungkan untuk Indonesia," tutupnya.