© Kapanlagi
Chelsea olivia dalam akun instagranya baru-baru ini mengunggah berita bahagia terkait kehamilan anak kedua, setelah memiliki anak pertama yang sangat mirip dengan Glen, ia pun berharap agar buah hatinya kelak lebih mirip dirinya
"Anak pertamaku mukanya plek-plekan sama @glennalinskie, mommy ga kebagian. Please anak kedua ini bagian aku ya. Lebih mabok nih hamilnya," tulis Chelsea dalam postingan di akun Instagram.
Melihat dari pernytaan Chelsea, ternyata kemiripan dari buah hati bisa kita pantau dengan mempertimbangkan faktor-faktor dibawah ini lho moms..
Setiap anak mewarisi 50% DNA dari masing-masing orang tua, tetapi ada gen-gen tertentu dari Bunda atau Ayah yang dominan. Ini alasan kulit Si Bungsu bisa gelap seperti Bunda tapi punya karakter wajah lebih mirip ayahnya. Sementara wajah Si Sulung bisa mirip Bunda tapi warna kulitnya lebih mirip ayahnya. Tetapi, jika wajah kakak dan adik tampak mirip, itu berarti mereka mewarisi perpaduan gen yang serupa.
Si Kecil bahkan bisa mewarisi ekspresi dan sikap tubuh tertentu misalnya kening Bunda yang berkerut saat berpikir. Selain itu, jika ayah mengalami rambut rontok atau kebotakan, anak bisa jadi juga mengalaminya di usia tertentu.
Bentuk wajah dengan karakteristik tertentu seperti alis mata tinggi, lesung pipi, hidung mancung atau pesek dapat diturunkan dalam keluarga. Begitu juga dengan bentuk tangan, jari, bentuk rambut. Bahkan bentuk dan posisi gigi yang satu dengan yang lain dapat juga sama. Sehingga seringkali kita dapat melihat bentuk wajah yang serupa dalam sebuah keluarga besar.
Tidak hanya bentuk wajah dan karakteristik tertentu, ternyata genetik juga dapat memengaruhi tinggi badan anak nantinya. Untuk memprediksi tinggi anak yaitu melalui data tinggi badan kedua orang tua. Bunda dapat menghitungnya dengan rumus ini:
Anak laki-laki = ((Tinggi ibu+ayah) dibagi 2) + 5cm
Anak perempuan = ((Tinggi ibu+ayah) dibagi 2) - 5cm
Tetapi, selain faktor genetik, ada berbagai hal lain seperti kesehatan dan nutrisi yang dapat membuat Si Kecil menjadi lebih pendek atau lebih tinggi daripada orang tuanya.
Meskipun secara genetik berpotensi bertubuh tinggi, tetapi seorang anak bisa saja punya tinggi sedang-sedang saja, jika kurang olahraga atau kurang konsumsi nutrisi yang sehat.
Selain itu tinggi badan anak bisa juga dipengaruhi nutrisi yang dikonsumsi ibu dan kondisi kesehatan ibu saat hamil, misalnya jika ibu mengalami diabetes gestasional. Ada juga penelitian yang menemukan, anak dari orang tua yang tidak mirip satu sama lain, akan berpeluang untuk tumbuh lebih tinggi dan lebih cerdas secara mental.