© Partnerhope.com
Bagi Ayah dan Bunda yang sudah menjalani program hamil tapi tak kunjung membuahkan hasil positif, seringkali dianjurkan dokter untuk melakukan tes sperma. Nah, salah satu hasil yang mungkin didapat yakni oligospermia.
Dikutip dari Healthline, oligospermia adalah masalah kesuburan pada pria di mana jumlah spermanya sedikit. Pada dasarnya, jumlah sperma dalam ejakulasi memang bervariasi sepanjang hidup, namun bisa juga terjadi secara permanen.
Padahal produksi jumlah sperma yang sehat dan cukup merupakan salah satu hal yang diperlukan dalam kesuburan dan peluang kehamilan.
World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan jumlah sperma rata-rata yang dihasilkan setiap ejakulasi yakni di atas 15 juta sperma per mililiter (mL) cairan mani. Maka dari itu, jumlah di bawah angka tersebut dianggap kurang dan didiagnosis sebagai oligospermia.
-Oligospermia ringan: 10-15 juta sperma/mL
-Oligospermia sedang: 5-10 juta sperma/mL
-Oligospermia parah: 0-5 juta sperma/mL
Tanpa dilakukan tes di laboratorium, banyaknya jumlah sperma cairan mani tidak bisa terlihat secara jelas. Biasanya, hanya pria yang mengalami gangguan kesuburan dan sulit dalam program hamil yang terdiagnosis.
Jangan abaikan pentingnya gaya hidup sehat bagi calon Ayah ya, Bunda. Beberapa kondisi dan faktor gaya hidup dapat meningkatkan risiko pria mengalami oligospermia. Salah satu yang perlu diwaspadai yakni kebiasaan minum obat sembarangan.
Obat-obatan jenis beta blockers, antibiotik dan obat tekanan darah yang dikonsumsi tanpa anjuran dokter berisiko menyebabkan masalah ejakulasi dan mengurangi jumlah sperma.
Selain itu, kebiasaan sehari-hari seperti memangku laptop di paha dan menggunakan celana terlalu ketat juga bisa mengganggu produksi sperma. Pasalnya kebiasaan ini memicu panas berlebih di area testis, yang merupakan area produksi sperma.
Kelebihan berat badan juga bisa meningkatkan risiko calon Ayah memiliki jumlah sperma rendah, Bunda. Kondisi ini berkaitan dengan hormonal dalam tubuh.