Jadi Fenomena Langka, Ini Penjelasan Ilmiah Melahirkan dalam Kubur atau Coffin Birth

Reporter : Mila
Rabu, 12 Januari 2022 11:57
Jadi Fenomena Langka, Ini Penjelasan Ilmiah Melahirkan dalam Kubur atau Coffin Birth
Tidak cuma terjadi di film saja, lho!

Mungkin selama ini Moms hanya pernah mendengar melahirkan atau beranak dalam kubur lewat film horor saja. Tapi nyatanya, fenomena ini sungguh bisa terjadi di dunia nyata

Pada tahun 2010, para arkeolog di Imola, Italia merilis penemuan yang menyedihkan, namun menarik untuk ditelusuri. Ditemukan makam seorang wanita dari abad pertengahan dengan sisa-sisa tulang kecil di antara kedua kakinya. Wanita itu diperkirakan sudah 1.300 tahun terbaring di dalam kuburan.

Melansir Smithsonian Mag, banyak yang menyangka kalau sang ibu beranak dalam kubur. Kasus tersebut dicoba untuk diteliti oleh para ahli dari dua universitas di Italia. Penelitian itu pun kemudian dipublikasi di World Neurosurgery.

1 dari 5 halaman

Fenomena Coffin Birth

Fenomena langka ini kemudian disimpulkan sebagai melahirkan atau beranak dalam kubur (coffin birth), kondisi ketika seorang anak yang belum lahir dipaksa keluar dari rahim ibunya oleh gas anumerta setelah keduanya, ibu dan bayi telah meninggal.

Secara logika, setelah si ibu meninggal, serviks tidak bisa melebar untuk memungkinkan janin melewatinya. Lantas, bagaimana penjelasan ilmiahnya?

2 dari 5 halaman

Penjelasan Ilmiah Melahirkan dalam Kubur

Melansir Medical News Today, ahli pemakaman dan penulis Caitlin Doughty, nama ilmiah dari fenomena ini sebenarnya adalah 'postmortem fetal extrusion' dan bisa terjadi 48-72 jam setelah kematian seorang wanita hamil.

“ Ketika gas di perutnya menumpuk karena pembusukan, tekanan naik ke titik yang menekan rahim begitu kuat sehingga janin yang belum lahir dikeluarkan atau sebagian dikeluarkan dari tubuh ibu,” kata Doughty.

3 dari 5 halaman

Proses Melahirkan dalam Kubur

Umumnya, mayat akan membusuk seiring dengan berjalannya waktu. Proses ini melibatkan pengurangan oksigen disertai dengan meningkatnya bakteri anaerob yang mengarah pada penumpukan gas seperti karbon dioksida dan metana yang dihasilkan pada pemecahan tubuh.

Gas menyebabkan tubuh membengkak secara signifikan. Gas-gas inilah yang melakukan peran seperti dengan kontraksi yang dialami seorang wanita selama persalinan normal.

Peningkatan volume gas pada jenazah mendorong rahim, memaksa janin yang sudah mati, keluar melalui vagina. Jadi, melalui pembusukan jenazah sebuah kelahiran bisa terjadi.

4 dari 5 halaman

Meninggal karena Preeklamsia

Ilustrasi Preeklampsia

Tak hanya tulang belulang kecil, di tengkorak sang ibu juga ditemukan sebuah lubang. Tim peneliti percaya bahwa lubang di tengah tengkorak itu merupakan bekas dari trepanasi. Trepanasi sendiri adalah sebuah praktik operasi primitif dengan mengebor lubang di tengkorak guna mengobati berbagai penyakit.

Lebih lanjut, peneliti menghubungkan hal itu dengan kondisi preeklampsia (komplikasi kehamilan berpotensi berbahaya yang ditandai dengan tekanan darah tinggi).

“ Hipotesis kami adalah bahwa wanita hamil mengalami preeklamsia atau eklampsia dan ia diberi perawatan trepanasi frontal untuk mengurangi tekanan intrakranial. Meskipun dirawat, dia tidak selamat, dan meninggal dengan janin di dalam rahimnya,” tulis para peneliti, dikutip Live Science.
 

5 dari 5 halaman

Fenomena Ini Semakin Langka

Peristiwa melahirkan atau beranak dalam kubur (coffin birth) ini sudah semakin jarang ditemukan di dunia modern saat ini. Banyak faktor yang saat ini menyebabkan proses pembusukan jenazah tidak terjadi secara alami. Misalnya, jenazah yang diberi balsem atau bahan kimia yang digunakan untuk mengawetkan tubuh dan memperlambat dekomposisi.

Pemberian balsem atau bahan kimia ini juga menghilangkan banyak elemen yang sangat berperan dalam coffin birth, sehingga menjadikannya kejadian yang sangat langka di zaman modern.

Beri Komentar