© Shutterstock
Saat hamil, Moms masih diperbolehkan untuk berolahraga. Mengutip dari American Pregnancy Association (APA), olahraga selama kehamilan adalah aktivitas yang aman, terutama untuk Moms yang terbiasa aktif bergerak sebelum hamil.
Pada kehamilan normal dan sehat, olahraga tidak memicu keguguran. Lantas, bagaimana dengan melompat saat hamil?
Nah, daripada bertanya-tanya, simak penjelasannya di bawah ya!
Melansir Tommy’s, pada trimester pertama kehamilan, Moms masih bisa melakukan olahraga yang biasa dilakukan sebelum hamil, termasuk melompat.
Di awal kehamilan, kantung ketuban mampu melindungi bayi dari benturan, getaran, atau lompatan ringan. Untuk waktu berolahraganya sendiri, Moms cukup melakukan olahraga sekitar 20-30 menit sehari.
Tapi, saat menginjak trimester kedua kehamilan, sebaiknya Moms mengganti olahraga high impact seperti lari dan lompat dengan olahraga ringan seperti berenang.
Menginjak trimester kedua, ukuran ibu hamil yang sudah semakin besar dan kuatnya tekanan saat melompat bisa membahayakan kondisi janin.
Meski melompat saat hamil masih bisa Moms lakukan, gerakan ini tetap berisiko. Pasalnya, melompat bisa memberi tekanan berlebih pada tubuh lewat hentakan-hentakan.
Beberapa risiko melompat saat hamil, yaitu:
Saat Moms melompat, rahim akan menekan serviks setiap kaki menjejak tanah dan bisa memicu kontraksi.
Untuk lompatan ringan, tekanan dan pukulan pada serviks masih dalam batas aman. Tapi, kalau sudah lompatan tinggi, sebaiknya dihindari, ya.
Pada intinya, jenis olahraga apapun yang ingin Moms lakukan selalu konsultasikan dengan dokter kandungan. Nantinya, dokter bisa menilai apakah Moms bisa melakukan hal tersebut atau tidak.
Semoga informasi di atas bermanfaat ya, Moms.