© Freepik.com/tirachardz
Sudah menjadi sebuah budaya di Indonesia bahwa orangtua ingin memiliki anak pertama berjenis kelamin laki-laki, berbagai cara dilakukan oleh beberapa dari mereka salah satunya dengan cara Promil, namun apakah sebenarnya tindakan ini sebenarnya bisa benar-benar aman untuk di realisasikan? Atau bahkan penentuan jenis kelamin pada janin sebenarnya sebenarnya hanyalah kabar burung?
Dilansir dari Babycenter.co.uk, seorang spesialis kesuburan mengatakan bahwa di negara Inggris praktek memilih jenis kelamin bayi tertentu dalam program kehamilan adalah ilegal, kecuali ada alasan medis di baliknya.
Alasan medis yang diperbolehkan untuk melakukan praktek ini misalnya apabila orangtua memiliki kondisi genetik serius yang berisiko diturunkan ke anak dan berdampak pada salah satu jenis kelamin. Hanya pre-implanation genetic diagnosis (PGD) yang diperbolehkan melakukan praktek ini.
Kualifikasi yang diperbolehkan untuk melakukan PGD adalah jika pasangan memiliki kelainan genetik yang serius, seperti hemofilia atau cystic fibrosis. Selain itu, kondisi medis tertentu yang lebih berisiko pada salah satu jenis kelamin, juga bisa dihindari lewat PGD. Duchenne muscular dystrophy yang hanya menyerang anak laki-laki, misalnya.
PGD dapat mengurangi kemungkinan bayi menderita kondisi yang sama, lewat cara menguji gen yang membawanya.
PGD adalah teknik dalam program in vitro fertilisation (IVF). Dalam prosedurnya, embrio dibentuk dari telur dan sperma. Setelah disaring, satu-dua embrio akan ditanamkan di rahim
Jika ibu menginginkan anak laki-laki, lakukan hubungan seks sedekat mungkin dengan waktu ovulasi, karena sperma laki-laki akan mengalahkan sperma perempuan dalam perlombaan menuju sel telur.
Jika menginginkan anak perempuan, lakukan hubungan seks dua hari hingga empat hari sebelum ibu berovulasi. Gunakan kalkulator ovulasi untuk mencari tahu kapan kemungkinan akan mengalami ovulasi.
Untuk menghasilkan embrio perempuan, caranya adalah Mama melakukan hubungan seks pada saat 'tahap pra-puncak' sebelum ovulasi, ketika lendir serviks berwujud lebih tebal dan lengket, dan kemudian tidak melakukan hubungan seks lagi selama siklus itu.
Untuk anak laki-laki, Mama harus menunggu 'tahap pasca-puncak' mendekati ovulasi, ketika lendir serviks tipis dan jernih.
Sebuah studi di Afrika yang dilakukan dengan menerapkan metode Billings melaporkan tingkat keberhasilan hingga 95 persen.
Metode Whelan berbeda dengan metode Shettles. Metode ini menunjukkan bahwa perubahan biokimia sebelumnya dalam siklus Mama akan mendukung sperma penghasil anak laki-laki. Jadi, jika Mama menginginkan anak laki-laki, lakukan hubungan seks empat hari hingga enam hari sebelum ibu berovulasi.
Sebaliknya, jika menginginkan seorang anak perempuan, maka lakukan hubungan seks dua hari hingga tiga hari sebelum berovulasi.
Begitulah beberapa cara untuk menentukan jenis kelamin janin, namun tetap konsultasikan pada dokter spesialis kandungan ya, moms!