© Magnorvinduet.no
Selama kehamilan sangat perlu ya Moms memperhatikan hal-hal kecil agar bayi dalam kandungan merasa nyaman dan bisa tumbuh dengan baik. Siapa sangka hal seperti suara yang terlalu keras dan bising juga bisa berdampak buruk pada bayi lho Moms.
Terpapar suara kerasa secara terus menerus bisa meningkatkan berbagai risiko pada bayi. Apa saja risiko berbahayanya?
Melansir dari What to Expect, bayi mulai bisa mendeteksi suara sekitar minggu ke 16 kehamilan Moms. Sementara itu, sekitar minggu ke 24, telinga luar, tengah, dan dalam bayi termasuk juga koklea, tabung berbentuk cangkang siput tempat dimana getaran diubah menjadi impuls saraf yang kita rasakan sebagai suara berkembang dengan baik. Jadi, pada saat ini cukup bagi bayi untuk menoleh sebagai respons terhadap suara.
Tentu aja, suara dari luar akan teredam dalam rahim. Tak hanya oleh penghalang fisik berupa cairan ketuban, tapi juga dari kondisi telinga bayi itu sendiri yang masih belum mampu berfungsi normal untuk memperkuat suara.
Tapi hal ini hanya berlaku selama suaranya tak berlebihan ya Moms dan tak bertahan terlalu lama. Pasalnya, paparan suara yang sangat keras dan berkepanjangan bisa berbahaya bagi bayi Moms.
Penelitian menunjukkan bahwa ibu yang sering terpapar suara bising atau keras secara terus menerus bisa meningkatkan kemungkinan bayi menderita gangguan pendengaran, terutama pada frekuensi yang lebih tinggi.
Selain itu, paparan suara yang sangat keras secara berulang-ulang ini juga bisa meningkatkan risiko kelahiran prematur dan berat badan lahir bayi rendah.
Institut Nasional untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja menyarankan agar wanita hamil menghindari paparan rutin terhadap kebisingan diatas 115 desibel atau setara suara yang dihasilkan gergaji mesin.
Karena itu, sebisa mungkin hindari berada di tempat dengan suara bising yang terlalu lama ya Moms seperti menonton konser misalnya. Semoga bermanfaat.