© Shutterstock
Salah satu indikator kehamilan yang sehat adalah kenaikan berat badan janin dari minggu ke minggu. Meskipun kenaikan berat badan janin adalah perkembangan yang baik, tapi kelebihan berat badan janin patut diwaspadai.
Hal itu bisa menyebabkan tumbuh kembang janin yang terganggu saat bayi sudah lahir dan berbahaya bagi kesehatannya di masa depan.
Janin disebut kelebihan berat badan menurut usia kehamilan, kalau beratnya lebih dari 9 dari 10 bayi (persentil ke-90) atau lebih dari 97 dari 100 bayi (persentil ke-97) pada usia kehamilan yang sama.
Ukuran kelebihan berat badan janin ini memang tidaklah sama pada tiap wilayah. Tapi, secara umum rentang normal untuk berat lahir tak hanya didasarkan pada angka berat badan semata, melainkan juga dilihat dari latar belakang etnis keluarga.
Secara umum, berat badan janin normal hingga mendekati saatnya dilahirkan adalah sekitar 3,2 kg - 3,4 kg. Janin dianggap punya kelebihan berat badan kalau beratnya lebih dari 4 kg ketika dilahirkan. Kondisi ini disebut dengan bayi makrosomia.
Tanda janin kelebihan berat badan juga bisa diketahui saat pemeriksaan USG. Dokter akan melihat apakah berat badan janin sudah sesuai dengan usia kehamilan.
Janin yang kelebihan berat badan rentan mengalami berbagai masalah kesehatan. Salah satunya adalah masalah pernapasan yang disebut sindrom gangguan pernapasan.
Selain masalah pernapasan, janin kelebihan berat badan berisiko mengalami cedera lahir, seperti patah tulang selangka atau kerusakan saraf pada lengan. Masalah ini tentunya memerlukan penanganan intenstif.
Masalah lain yang mengintai janin yang kelebihan berat badan adalah risiko jumlah sel darah merah berlebihan(polisitemia). Ketika sel darah merah ini rusak, hati mungkin tidak bisa mengatasi peningkatan bilirubi yang perlu dikonjugasi. Akibatnya, tingginya kadar bilirubin dalam darah mengakibatkan penyakit kuning.
Oleh karena itu, pastikan selalu memeriksakan kandungan secara berkala untuk mengetahui kondisi janin ya, Moms!