© Relrules.com
Mempunyai pasangan yang manipulatif akan terasa sangat melelahkan. Pasangan akan terus menerus memainkan permainan psikologis yang merugikan dan membuatmu nggak nyaman. Padahal suatu hubungan harusnya dipenuhi dengan rasa cinta dan suka cita.
Beberapa orang berada dalam hubungan bersama pasangan yang manipulatif, namun belum sadar akan hal tersebut.
Oleh sebab itu, dilansir dari yourtango.com, berikut ini beberapa hal yang bisa kita kenali dari pasangan manipulatif. Yuk disimak!
Pasangan yang manipulatif sering kali akan menyoroti kelemahan dan ketakutanmu sampai kamu merasa nggak percaya diri.
Mereka akan terus membahas kelemahanmu tanpa ada intensi untuk membuatmu jadi sosok yang lebih baik.
Di tahapan terburuk, kamu akan jadi lebih percaya apa katanya tentangmu ketimbang persepsi tentang dirimu sendiri.
Seorang manipulator punya kecenderungan untuk membolak-balikkan situasi. Sesaat dia akan menuduhmu nggak perhatian, tapi nggak berapa lama dia akan membuat seolah semua yang dirasakannya disebabkan olehmu.
Kalau dia sedih? Itu karena kamu. Kalau dia marah? Kamu akan dibuat mengevaluasi diri.
Kamu harus waspada karena seorang yang manipulatif akan menempatkanmu sebagai seseorang yang nggak peduli sekaligus bertanggung jawab atas segala hal dalam waktu bersamaan.
Membuat kesepakatan di awal hubungan adalah hal yang wajar. Seiring berjalannya waktu, kalian akan mulai saling menyatu dan berkompromi, masih hal yang wajar.
Jadi nggak wajar waktu pasangan mulai memaksakan kemauannya harus jadi kemauanmu juga.
Kalau kamu mulai merasa pasanganmu lebih sering menuntut keinginannya untuk dituruti, itu adalah tanda bahwa dia seorang manipulator.
Seorang manipulator biasanya akan menggunakan suatu ketakutan atau insekuritas akan sesuatu sebagai tameng biar kamu memakluminya.
Misal, waktu kamu terganggu dengan pasangan yang sangat posesif, dia akan berdalih bahwa itu merupakan bentuk trauma akan masa lalunya yang pernah diselingkuhi.
Menjadi wajib untuk memahami insekuritas pasangan. Namun, memahami adalah proses yang dilakukan sukarela, bukan dengan paksaan seperti contoh kasus di atas.
Rasa bersalah adalah awal dari proses manipulasi. Kalau dia mulai menempatkanmu di posisi bersalah, bahkan untuk hal-hal yang sebenarnya di luar kontrolmu, maka kemungkinan besar ke depan dia akan lebih banyak melakukan hal-hal manipulatif lainnya.
Salah satu senjata mereka biasanya adalah membuat dirinya terlihat sebagai sosok yang lebih besar porsi cintanya ketimbang kamu. Kamu pun akan merasa bersalah karena situasi yang dibangun tersebut.
Terjebak dalam hubungan yang manipulatif sama saja dengan hubungan toxic lainnya. Satu-satunya jalan untuk nggak terjebak adalah berusaha keluar dari sana.
Apakah pasanganmu melakukan salah satu atau semua hal di atas? Atau justru kamu yang manipulatif?
Hmmm...