© 2019 Https://www.diadona.id / Good Therapy
Kerusakan yang bisa memberi dampak lebih parah dari sekedar pukulan adalah perkataan. Meskipun tidak menghadirkan dampak secara fisik, tapi perkataan bisa merusak orang lain.
Paling tidak, kamu pasti kamu sering merasakan sakit hati berkepanjangan setelah mendengar kata-kata menyakitkan. Apalagi jika kata itu datang dari orang yang tersayang. Itulah mengapa efek kumulatif dari kalimat yang menyakitkan disebut dapat menyebabkan lebih banyak kerugian daripada rasa sakit fisik.
Salah satu momen yang membuat orang lebih mudah mengucapkan kata-kata menyakitkan adalah saat bertengkar dengan pasangan. Bukan nggak mungkin, akibatnya bisa membuat pernikahan menjadi hancur.
Berkaitan dengan hal itu, Daniel Robertson, pemilik blog God’s Help For Marriage, memberitahukan kalimat toxic apa saja yang sebaiknya nggak diucapkan oleh kamu dan pasangan saat sedang bertengkar. Karena dengan kalimat ini potensi keluarga hancur sangat besar.
Kalimat ini biasanya akan keluar saat terjadipbertengkaran hebat. Padahal, ucapan seperti ini muncul hanya ketika emosi sedang memuncak. Umumnya mereka merasa frustasi, karena tidak kunjung bisa menyelesaikan permasalahan.
Dari sini, solusi paling masuk akal untuk diberikan adalah dengan berkompromi. Daripada berfokus pada perbedaan dan konflik yang ditimbulkannya, lebih baik mencoba untuk saling memahami.
Sama seperti kalimat di atas, jika kalimat toxic ini keluar saat sedang bertengkar, maka kemungkinan besar hal ini nggak sungguh-sungguh dirasakan oleh orang yang mengucapkannya.
Jika kamu yang mengatakannya, meski setelah itu kamu meminta maaf dan meyakinkan pasangan kalau kamu masih mencintainya, percayalah kalau perasaan pasangan akan benar-benar hancur.
Terkadang, ketika kamu dan pasangan sedang bertengkar, yang diperlukan hanya sekedar istirahat. Cobalah untuk menengangkan diri dan mendinginkan kepala. Namun, ketika kamu dan pasangan enggan membicarakan suatu masalah, justru itu yang akan menjadi masalah.
Masalah yang nggak selesai justru akan menimbulkan kecurigaan, dan akan terus terungkit ketika perdebatan lain datang. Semakin lama kamu dan pasangan membiarkannya, hal tersebut akan mempengaruhi interaksi kalian berdua.
Apalagi jika kamu tahu ada sosok ayah atau ibu yang nggak patut menjadi panutan, maka kalimat toxic ini bisa menjadi tamparan hebat bagi orang yang mendengarnya.
Misalnya, ayah atau ibu pasangan pernah berselingkuh, pecandu minuman beralkohol atau narkoba, atau sering memukul pasangannya, lalu kamu menyebutnya sama seperti orangtuanya, hal itu tentu saja akan membuat pasangan sakit hati—apalagi kalau kenyataannya dia nggak seperti itu.
Pasangan yang baik tentu saja ingin membantu jika melihat suami/istri yang dicintainya sedang memiliki masalah. Bantuan yang diberikan bisa lewat banyak bentuk, mulai dari saran hingga mungkin bawel kepada pasangan karena lupa makan atau tidur akibat terlalu sibuk dengan urusannya.
Di sinilah kalimat ini mungkin bisa terucap. Maksud sebenarnya mungkin karena pasangan merasa bisa mengatasi urusannya tersebut tanpa bantuanmu. Namun, karena sedang banyak pikiran, keluarlah kalimat toxic yang bisa membuat orang yang mendengarnya sakit hati.