© Shutterstock.com
Udah jadian nih sama cowok yang diincar, hem bahagia dong pasti? Tapi, apa jadinya kalau kita merasa bahwa doi suka posesif gak jelas? Satu dua kali gak papa sih, tapi ini kok udah keterlaluan ya?
Memang perhatian adalah kunci utama saat menjalin hubungan asmara. Sementara itu, kita bisa melihat berbagai tindakan, ucapan, hingga rasa khawatir sebagai bentuk sinyal perhatian. Berdalih perhatian di awal, namun jangan sampai ya rentetan perhatian itu malah jadi bumerang dalam bentuk kekangan dari Mas Pacar.
Misalnya, doi melarang kita untuk tidak mengikuti latihan rutin di tempat gym, berteman pun juga harus pilih-pilih sampai ketemu dengan lingkungan pertemanan yang menurutnya itu cocok dengan kita. Yang paling fatal adalah kalau kita sudah mulai risih dengan bentuk kekangan berkedok perhatian tersebut.
Kalau kita sudah merasakan akan hal ini, bisa jadi Mas Pacar sudah dalam tahap posesif level dewa alias berlebihan. Biar gak nyesek dan makan hati, serta usaha kita tidak sia-sia, yuk kenali beberapa tanda kalau doi posesif parah.
Baru juga jadian, kok doi udah ngatur-ngatur sama siapa kita harus pergi dan menjalin lingkup pertemanan? Terus, kalau doi gak suka dengan sosok yang akan kita ajak keluar, apakah iya doi bakal bilang gak suka? Duh, kalau gini mah miris banget dong. Ditambah lagi kalau alasannya tuh gak jelas seperti bilang 'gak suka aja' bahkan menuduh yang bukan-bukan. Hem bingung jadi Sist?
Ya, seposesif hal ini. Di mana kita memang diperbolehkan pergi dengan teman karib mungkin. Eits, tapi gak asal pergi dengan bebas gitu aja, ya. Doi bakal membuat aturan seperti jam berapa kita harus pulang, pakai baju apa, naik apa ke sana, dan berbagai hal tak logis yang makin membuat kita naik darah. Ingat, selain orangtua, kita jelas punya hak penuh atas diri kita sendiri. Toh, dia masih pacarkan bukan suami?
Izin dan enggak izin kayaknya sama aja deh ya kalau gini mainnya. Gimana tidak, doi minta kita buat 'Pap' (Post a Picture) di room chat semua kegiatan kita baik di rumah atau khususnya saat kita lagi keluar. Coba deh renungkan lagi sikap kekanakan itu. Yang jelas ini menunjukkan kalau dia sama sekali tak memberikan kita kepercayaan dalam hubungan.
Bukan kaleng-kaleng Girls, bahkan doi tak segan buat meminta dan mendikte mengenai penggunaan sosial media. Kita pemilik akun seolah sudah tak punya privasi. Misalnya nih, sms atau chat kita harus banget dibaca satu-satu, atau bahkan dengan lancang doi bakal membalas pesan dari teman kita. Hadu, enaknya diapain nih, cowok kayak gini? Huft... bikin bete gak sih?
Mungkin kita sendiri merasa enggak nyangka ya dengan sikap dia mulai dari pendekatan hingga jadian. Tak khayal, dia bahkan menyalahartikan segala perhataian yang ia berikan terhadap kita. Baginya, melarang itu adalah bagan dari perintah yang mau tak mau harus kita turuti. Bukannya bahagia menghabiskan waktu dengannya, kita malah jadi khawatir, takut, hingga serba salah.
Ini bisa dibilang hubungan toxic, lho. Mengapa demikian? Ingat, bukankah hubungan yang sehat harus membuat kita dan dia sama-sama berkembang baik dalam segala hal termasuk dunia sosial dan karier kita. Namun di sini malah kita merasakan dampak akan ruang lingkup kita untuk berkembang justru semakin kecil.
Kalau sudah pada fase ini, alangkah lebih baik kita memilih mundur teratur. Bukan kenapa, hubungan yang tidak sehat dengan pasangan akan malah berdampak pada psikologis dan ikatan profesional dengan orang lain seperti urusan krusial layaknya kuliah dan pekerjaan. Semoga kita selalu dikarunia kebahagiaan terutama dengan pasangan kita ya Girls. Semangat!