Benarkah Generasi Milineal Rentan Mengalami Fenomena 'Love-Bombing', Apa sih Itu?

Reporter : Novi Hardita Larasati
Kamis, 20 Februari 2020 10:00
Benarkah Generasi Milineal Rentan Mengalami Fenomena 'Love-Bombing', Apa sih Itu?
Love-bombing, apaan tuh?

Saat ini banyak sekali istilah-istilah baru yang membahas tentang sebuah hubungan percintaan. Apalagi di generasi milineal, pastinya kamu nggak mau terlewat apa saja yang bisa kamu dapatkan untuk mempelajari istilah tersebut.

Biasanya istilah baru digunkaan saat si doi naksir denganmu, sehingga munculah gombalan-gombalan maut yang bisa membuatmu klepek-klepek meskipun kamu belum tentu paham arti dari gombalan tersebut. Misalnya istilah dari 'love-bombing'.

Pastinya kamu akan bertanya-tanya, apa sih arti dan makna dari kata tersebut? Untuk mengetahui lebih dalam berikut penjelasannya yang telah dirangkum dari beberapa sumber.

1 dari 4 halaman

Ilustrasi pasangan bahagia

Love-bombing merupakan istilah yang pertama kali dikenal di Amerika Serikat dan dipopulerkan oleh Jim Jones dan David Koresh, pemimpin sekte yang kontroversial pada tahun 1970-an. Pemimpin sekte tersebut menggunakan love-bombing sebagai salah satu taktik mengontrol para pengikut mereka.

Sampai akhirnya, istilah tersebut dikenal luas dan dalam keilmuan psikologi diartikan sebagai ungkapan kasih sayang yang manipulatif dan eksploitatif.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Strutzenberg dan kawan-kawan (2017). Penelitian tersebut menghasilkan temuan bahwa generasi millenial (generasi yang lahir pada tahun 1980-2000) cenderung rentan mengalami fenomena love-bombing. Hal ini disebabkan generasi millennial digambarkan ibarat seseorang yang optimistik, mempunyai konformitas tinggi terhadap hubungan relasi dan berambisi mencapai prestasi tinggi.

2 dari 4 halaman

Ilustrasi pasangan bahagia

Namun, secara bersamaan generasi millennial juga dianggap memiliki vulnerabilitas tinggi terhadap masalah harga diri, hubungan kelekatan, gangguan kepribadian seperti narsistik yang dikaitkan dengan kecenderungan dalam menjalin relasi cinta.

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, gangguan kepribadian narsistik adalah gangguan kepribadian yang diikuti dengan pola kebesaran atau keagungan diri. Bisa melalui fantasi maupun perilaku, tingginya kebutuhan terhadap kekaguman, dan kurangnya empati.

Misalnya seperti memanfaatkan orang lain guna mencapai tujuan pribadi, sering iri pada orang lain atau pervaya bahwa orang lain iri padanya, membesar-besarkan prestasi dan bakat serta berharap agar diakui sebagai orang yang paling unggul meski tanpa pencapaian yang sepadan.

3 dari 4 halaman

Ilustrasi pasangan bahagia

Seorang narsistik umumnya dianggap menarik dari segi penampilan, karena keramahannya terhadap orang sekitar dan dikagumi banyak orang sejak fase awal memulai interaksi. Sejak awal mula membina hubungan, seorang narsistik akan tampak lihai dan menawan dalam memikat pasangan. Namun, sikap romantisme tersebut seketika makin memudar saat relasi cinta itu berjalan.

Tanda perilaku yang kerap ditunjukkan oleh seorang love-bomber meliputi:

Hubungan Berjalan Terlalu Cepat

Seorang yang tulus ingin berhubungan jangka panjang seharusnya paham bahwa membangun relasi yang sehat membutuhkan usaha yang seimbang dari kedua belah pihak. Namun berbeda dengan love-bomber, ia justru lebih dari sekadar ngarep. Mereka bersikap abusive, melancarkan aksi agar kamu yang bersikap ngarep dan bergantung padanya.

4 dari 4 halaman

Sering Memberikan Pujian dan Hadiah dengan Frekuensi Berlebihan

Sebelum hubungan berjalan dalam waktu yang lama pun, love-bomber tidak segan untuk mendeklarasikan bahwa mereka berhak mendapatkan pemuasan darimu baik dari segi finansial, seks, perhatian, maupun demi mendapatkan networking dengan orang-orang penting yang kamu kenal. Apabila kamu tidak mampu memenuhi kebutuhan tersebut, mereka akan mengancam untuk meninggalkan.

Saat Berada dalam Situasi Sulit, Love-Bomber Hadir Seolah Ingin Menjadi Penyelamat

Pasangan yang tulus mengulurkan pertolongan, tidak akan pamrih dan mengungkit-ungkit bantuannya. Sebaliknya, love-bomber memberi bantuan dan bersikap baik didasarkan oleh motif, supaya kamu mau menuruti segala permintaannya setelah dibantu olehnya.

Kalau kamu menyadari bahwa pasanganmu melakukan love-bombing atau melakukan perilaku manipulatif, sebaiknya kamu menyelamatkan diri dari situasi abusive dengan bersikap asertive, yakni menolak pemberiannya dan ajakannya dengan berkata " tidak" . Tapi, kalau kamu masih tahap PDKT, sebaiknya akgiri semua bentuk komunikasi dengan mereka.

Beri Komentar