© Rawpixel.com
Break pacaran terkadang memang dibutuhkan pasangan untuk saling instrospeksi diri. Terlebih saat hubungan yang dijalin kian lama terasa menjenuhkan karena selalu dirundung pertikaian yang tak kunjung ada hentinya.
Jeda jarak dan waktu inilah yang nantinya bisa membantu menyadarkan diri kamu dan pasangan bahwa sesungguhnya kalian memang masih sama-sama saling membutuhkan dan mencintai. Namun, berapa lama idealnya harus break agar tidak kebablasan jadi benar-benar berpisah?
Mengutip dari hellosehat pads Sabtu, tak berarti putus hubungan, break pacaran bisa diartikan sebagai “ berpisah sementara waktu” yang harus dibuat oleh kedua belah pihak ketika hubungan mereka sedang bermasalah tapi belum atau tidak ingin putus.
Tak jarang, break digunakan untuk menikmati waktu menjadi diri sendiri tanpa campur tangan kehadiran pasangan. Jeda waktu break tersebut bisa kamu manfaatkan untuk me time bersama teman dan keluarga, atau sekedar berdiam diri merenungkan segala hal.
Sederhananya, break dapat menjadi cara yang baik untuk menyadari dan menghargai keberadaan pasangan dalam hidup. Sebaliknya, jika nanti setelah break kamu berdua justru menganggap bahwa solusi terbaiknya adalah putus, mungkin itu adalah jalan yang terbaik.
Lama jeda pacaran yang kamu dan pasangan butuhkan tentu harus dibuat atas kesepakatan bersama, setelah berdiskusi baik-baik. Pastikan juga untuk menegaskan apa maksud sebenarnya dari break tersebut.
Kendati demikian, kamu tidak disarankan untuk break pacaran terlalu lama. Sebab break yang terlalu lama bisa membuat kamu dan pasangan lama-lama terlena dan lupa diri atas tujuan awal kenapa memutuskan “ pisah sementara”.
Bahkan, tak sedikit pasangan yang merasa jika terlalu lama break, hubungan mereka jadi malah makin renggang.
Trus berapa lama waktu break yang tepat?
Parameter waktu break yang tepat dapat bervariasi dari satu pasangan ke pasangan lainnya, namun jarak tiga minggu adalah standar waktu yang baik.
Mengapa tiga minggu adalah waktu ideal untuk break?
Soalnya kamu memerlukan satu minggu pertama buat tubuh dan pikiran kamu menyesuaikan diri dengan ketiadaan dia. Trus satu minggu lagi untuk memilah dan mengidentifikasi hubungan. Dan selanjutnya satu minggu terakhir untuk memikirkan gimana kelanjutan hubungan ke depan.
Selama break, kamu dan pasangan bisa membuat peraturan dan persetujuan yang harus dipatuhi satu sama lain selama break.
Misalnya, apakah boleh pergi dengan lawan jenis lain atau tidak? Apa boleh menghubungi satu sama lain? Membuat peraturan break pacaran yang jelas bisa menjadi “ pegangan” bagi satu sama lain agar tidak menyalahgunakan kesempatan yang ada.
Idealnya agar tidak keterusan tanpa solusi yang jelas, ambil waktu sekitar 2-3 minggu dulu untuk break. Setelah itu barulah putuskan untuk bertemu untuk membicarakan hubungan berdua ke depannya.
Apabila masih saling cekcok, mungkin bisa kembali dirundingkan apakah perlu melanjutkan break ataukah tidak.
Break mungkin menjadi salah satu solusi untuk menguatkan cinta berdua setelah kembali bersatu. Namun, break bukanlah solusi satu-satunya yang bisa menguji kekuatan cinta ya.
Deretan masalah dalam hubungan bisa diselesaikan dengan komunikasi terbuka dan langsung ambil langkah nyata untuk memperbaikinya.
Sangat penting diperhatikan bahwa kamu jangan sekali-kali memutuskan untuk break pacaran karena terbakar emosi.
Break bukan berarti kehidupan kita ikut terhenti. Justru, dari kesempatan ini kamu bisa melakukan banyak aktivitas yang sebelumnya nggak kamu lakukan.Selain itu, kamu dan pasanganmu juga bisa lebih menenangkan diri sehingga saat kalian bertemu lagi, semua permasalahan udah clear.
Nah, ini dia beberapa hal yang bisa kamu lakukan saat sedang break dalam hubungan.
Break memberikan waktu buat kamu refleksi diri dan mengevaluasi permasalahan dalam hubungan kamu. Selain mengevaluasi, pikirkan juga dampak yang kamu rasakan selama ini.
Sebagai manusia, kita terkadang lebih mudah untuk terfokus sama hal-hal buruk yang mereka lakukan daripada ribuan hal baik yang diberikan ke kita. Pikirkan juga apa yang menjadi akar permasalahan dalam hubungan kamu.
Ketika kamu berada dalam suatu hubungan, kamu pasti lebih banyak memikirkan perasaan kedua pihak. Momen break ini dapat kamu manfaatkan untuk sedikit egois dengan mementingkan dirimu sendiri.
Pertimbangkan terkait hal-hal yang kamu inginkan dan dapat berikan dalam hubungan. Intinya, fokus pada dirimu sendiri dan menentukan kemauanmu tuh penting banget, terlebih waktu kamu lagi break.
Pikiran-pikiran negatif yang muncul saat lagi break tuh juga merusak diri kamu sendiri. Nggak usah terlalu banyak asumsi dan gunakan waktu break ini sebagai sesuatu yang nyata.
Tutup sementara seluruh media komunikasi yang biasa kamu gunakan untuk menghubunginya dan berhenti memikirkannya. Mengingat break ini disetujui oleh kedua pihak, selama break, pastikan kamu melakukan aktivitas yang bikin kamu santai.
Jangan coba-coba untuk membuka lembaran lain alias cari pasangan baru saat kamu sedang break. Memang, jadi single setelah berada pada hubungan yang serius itu nggak semudah itu.
Namun, kamu sendiri masih terikat dengan pasanganmu walaupun nggak lagi berkomunikasi secara intens. Oleh karena itu, hindari usaha-usaha buat PDKT ke orang lain dan fokus intropeksi sama hubunganmu saat ini.
Mungkin kamu nggak terlalu ingin break ini terjadi, tetapi, bukan berarti pasanganmu menjadikan break sebagai salah satu upaya buat keluar dari hubungan ini. Perlu diakui sih, sebagai pihak yang cuma menyetujui ide break tanpa pernah mengusulkannya, kondisi ini pasti bikin kamu banyak berpikir negatif.
Namun, pikiran negatif itu juga nggak bakal membantu pasanganmu buat balik dan auto ngomongin semua hal. Jadi, coba untuk lebih optimis dan
dibawa santai aja~
Kalau kata orang-orang, kepercayaan itu mahal harganya, dan itu juga merupakan kalimat yang nyata karena sering kali kita nggak bisa percaya sama pasangan kita sendiri, ‘kan? Apalagi saat kamu nggak melakukan komunikasi sehingga kamu nggak tahu apa yang lagi dia lakukan. Fix banget ini bikin kamu mikir yang aneh-aneh.
Meskipun demikian, yuk coba buat nggak terlalu banyak punya imajinasi liar. Percaya aja sama pasanganmu kalau doi juga berusaha untuk figure it out permasalahan kalian.
Tujuan utama dari break adalah untuk memperjelas serta memperbaiki hubungan kalian. Namun, nggak setiap break memberikan hasil yang sesuai dengan keinginan kita. Break juga belum tentu menyelesaikan seluruh permasalahan yang lagi kamu hadapi bareng pasanganmu.
Maka dari itu, lower your expectation sebelum kamu termakan oleh kekecewaan. Perlu diingat, hubungan antar manusia itu kompleks sehingga kita nggak selalu bisa memasang ekspektasi tinggi terhadap orang lain.
Selain refleksi diri, kamu juga bisa, lho, meningkatkan value diri kamu selama break. Kamu juga bisa belajar untuk meningkatkan atau membuat hubungan kamu lebih sehat daripada sebelumnya.
Melalui membaca buku, nonton video, hingga mendengarkan podcast, pokoknya lakukan apapun yang bisa menambah pengetahuan kamu untuk menemukan solusi dari permasalahan kamu.
Jika kamu merasa terlalu banyak pengaruh dari luar justru menimbulkan masalah baru, take your time, dan dengarkan isi hati kamu aja.
Istilah lainnya adalah me time. Jika biasanya kamu butuh dia untuk menemanimu beraktivitas, sekarang coba lakukan semuanya sendiri.
Kamu juga bisa mencoba hobi baru atau menghabiskan waktumu bersama keluarga. Tujuan dari aktivitas ini agar kamu lebih aware akan kebutuhan kamu sendiri juga.
Saat break udah mencapai batasnya, jangan lupa untuk kembali bertemu, dan berikan keputusan akhir atas hubungan kalian. Break usai tuh belum tentu berarti kalian bakal menjalin hubungan lagi.
Diskusikan hal-hal yang udah kamu dan pasanganmu refleksikan ketika break. Kemudian, berikan keputusan akan kelanjutan hubungan kamu. Jika kamu dan dia bisa menemukan solusi yang tepat, that’s good.
Namun, jika kamu belum bisa menemukan solusi yang pas, kamu bisa pergi ke konseling pasangan.
Ambil keputusan break dengan kepala dingin biar bisa sama-sama memikirkan ulang manfaat dan konsekuensinya. Semoga harimu dengan pasangan senantiasa menyenangkan ya Girls.
Semangat!
Penulis : Yayuk Harini, Alvita Maharani