© Shutterstock.com/g/takajapanese
Seseorang yang merasa melakukan kesalahan pasti cenderung mengucapkan permintaan maaf. Entah karena takut melukai atau memang benar-benar menyesal, permintaan maaf rasanya nggak bisa dilepaskan dari hubungan romansa. Namun kalau permintaan maaf itu diutarakan terus menerus, memangnya nggak malah nyebelin ya?
Seorang hipnoterapis, Jessica Boston mengungkapkan bahwa permintaan maaf yang disampaikan secara berlebihan cenderung menunjukkan rasa rendah diri dan kecemasan tinggi. Orang-orang yang demikian cenderung sulit menangani ketegangan yang dirasakan. Mereka bahkan takut akan kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi jika mereka tidak buru-buru minta maaf.
Sayangnya, permintaan maaf yang disampaikan berulangkali justru menimbulkan ketidaknyamanan bagi orang lain. Mengutip dari metro.co.uk, permintaan maaf yang berulang-ulang hanya akan membuat apa yang dilakukan menjadi tidak berarti.
Permintaan maaf secara berlebihan juga seringkali menunjukkan bahwa ungkapan tersebut justru tidak tulus. Apalagi jika dilakukan dengan gesture berlebihan dan di depan banyak orang, permintaan maaf semacam ini justru terlihat seperti omong kosong.
Jane Greer, Ph.D., bahkan menyebut bahwa permintaan maaf yang dramatis memang terkesan tidak tulus, apalagi jika tidak ada usaha untuk menjelaskan kesalahan atau perubahan yang sebaiknya dilakukannya. Lebih lanjut ia menambahkan, yang terpenting dalam sebuah hubungan bukanlah permintaan maaf yang dikemas dalam kalimat manis. Sampaikan permintaan maaf itu dengan jujur dan tunjukkanlah niat untuk tidak mengulangi lagi kesalahan yang sudah dibuat.