© Https://www.bridestory.com/
Tradisi pemberian mahar dalam acara pernikahan memang nggak bisa dilepaskan dari budaya Indonesia. Bahkan setiap suku punya ciri khas mahar yang masing-masing berbeda.
Mahar memang ditentukan atas dasar persetujuan dari dua belah pihak, tapi nggak jarang hasil keputusan itu tetap menunjukkan nominal yang nggak bisa dianggap enteng. Saking mahalnya, mahar yang tidak terpenuhi bisa membatalkan acara pernikahan yang sudah direncanakan.
Dilansir dari berbagai sumber, berikut adalah pernikahan adat yang mematok harga mahar yang luar biasa. Simak selengkapnya.
Dikenal dengan nama Uang Panai, mahar yang satu ini dijadikan pembuktian kesungguhan laki-laki yang ingin mempersunting gadis Bugis. Semakin tinggi status sosial dan pendidikan calon pengantin perempuan, maka semakin besar pula uang panai yang harus diberikan.
Dalam adat Banjar, pemberian 'Jujuran' merupakan tradisi yang telah dilakukan turun temurun. Hampir sama dengan uang panai, jujuran yang diberikan pihak laki-laki pada perempuan diperuntukkan untuk mengadakan syukuran acara pernikahan. Besaran jujuran yang diberikan akan berpengaruh pada tamu yang diundang pada acara syukuran.
Sebelum memberikan mahar, ada tradisi unik yang dilangsungkan oleh masyarakat suku Sasak yang ingin menikah. Biasanya calon pengantin pria akan menculik calon istrinya. Kemudian pihak keluarga pengantin pria akan mendatangi rumah pengantin perempuan untuk memberitahukan keberadaan pengantin perempuan.
Selain itu, dalam pertemuan ini akan dilangsungkan tawar-menawar mengenai mahar. Mahar yang diberikan ternyata bukan uang lho, justru sapi, kerbau atau bisa juga beras.
Berbeda dari mahar-mahar lainnya. Adat pernikahan dari Padang Pariaman justru memperlakukan sebaliknya. Pihak pengantin perempuan justru akan menjemput pengantin pria. Saat proses penjemputan, pengantin perempuan harus membawa japuik yakni mahar yang berupa uang atau barang. Biasanya japuik ini sudah sesuai kesepakatan dan didasarkan pada status adat sang pengantin pria.
Diketahui bernama Jojo, mahar ini merupakan pemberian uang dari pengantin pria kepada pengantin perempuan. Uang yang diberikan memang sudah bernilai puluhan juta, tapi pihak pengantin pria akan tetap membawa seserahan lain pada hari pernikahan, seperti bahan makanan, kue, pakaian, hingga peralatan rumah tangga.
Aceh bisa jadi gudangnya perempuan cantik di Indonesia. Maka nggak mengherankan kalau mahar yang dipatok pun berada pada kisaran selangit. Memiliki sebutan 'Mayam', pemberian mahar ini akan disesuaikan dengan kualitas perempuan yang akan dinikahi. Pemberian mayam biasanya berkisar antara 1-30, di mana 1 mayam setara dengan Rp 2 juta.
Kalimat 'Nikah itu murah' sepertinya nggak berlaku di pernikahan adat Nias. Untuk menikahi perempuan Nias, setidaknya sang pria harus menyediakan mahar Rp 25 juta. Mahar dalam adat Nias disebut dengan nama 'Bowo' yang didasarkan pada perhitungan babi. Setiap babi dihargai dengan Rp 1 juta, sehingga untuk memperistri perempuan Nias diperlukan minimal 25 babi. Banyak juga ya...
Lagi-lagi pemberian mahar disesuaikan dengan kualitas perempuan yang akan dinikahi. Dalam adat Batak, proses pemberian mahar disebut dengan nama Marhata Sinamot (biasanya untuk biaya resepsi pernikahan). Pemberian mahar ini rupanya berbeda dengan biaya Martumpol (prosesi pertunangan) dan Martunggo Raja (akad atau pemberkatan). Kalau dihitung-hitung, rasanya biaya yang disiapkan setidaknya lebih dari Rp 100 juta deh.
Wah, ternyata nikah itu nggak murah ya.. Mulai sekarang perlu nabung tuh!