© Shutterstock.com/Chaay_Tee
Beberapa waktu belakangan kembali ramai masalah 'harga temen' di Twitter. Sebenarnya ini bukan isu baru yang mengherankan sih, mengingat sudah banyaknya kejadian serupa yang dialami di masa lalu.
Dari thread yang saya baca di akun Twitter @meiditoo, sang pemilik akun membagikan kisahnya mengenai rendahnya penghargaan atas karya seni yang dibuatnya. Mungkin nggak cuma akun ini aja yang merasakan pahitnya 'ditawar' dengan harga teman, buktinya banyak juga akun lain yang mengungkap pengalaman serupa.
Seringkali banyak pihak yang meremehkan kemampuan orang lain dalam menghasilkan karya seni. Ironisnya, sosok 'teman' pun nggak jarang melakukan hal ini. Berdalih minta harga temen atau nggak sedikit juga yang tanpa sungkan minta secara gratisan. Mungkin pada awalnya masih dalam konteks bercanda sih, tapi kalau dibiarkan terus menerus dan muncul sedikit paksaan, bukannya ini udah kelewatan ya?
Saking dekatnya dengan seseorang, kadang kita lupa 'menghargai' orang tersebut. Kita lupa bahwa kemampuan mereka nggak didapat secara instan. Perlu waktu dan perjuangan yang nggak sedikit sampai mereka bisa memiliki kemampuan tersebut. Dan dengan 'tidak sopannya' masih ada saja pihak yang 'meminta tolong' tanpa peduli kondisi orang yang dimintai tolong.
Ada salah satu komentar yang menurut saya ada benarnya. " Kalo emang " teman" Harusnya ga minta harga temen. Alias, bantu bayar dengan harga sebenarnya. Dan kalo beneran temen, kasi tip lebih lah. Bukan minta kurang." tulis akun bernama @airunikahyuk.
Hal ini memang seringkali luput dari pemikiran kita. Kelly Campbell, seorang profesor psikologi di California State University mengungkapkan bahwa sahabat sejati harus membela kamu selama kamu dalam keadaan lemah, menjaga rahasiamu, memperlakukanmu dengan hormat, dapat dipercaya, serta selalu mendukung niat baikmu.
Hal ini tentu aja berkaitan dengan mendukung kemampuan dan usaha sahabat kan? Kalau usaha teman saja nggak didukung dan nggak dihargai, apa memang masih pantas mengaku sebagai teman atau bahkan sahabat?