Shutterstock.com
Menjadi seorang penggemar yang mengagumi artis favoritnya merupakan hal yang wajar kok untuk dilakukan. Biasanya, kita akan mengidolakan salah satu artis yang menurut persepsi kita sesuai dengan kriteria kita, kan? Bisa dari kepribadiannya, musik yang dibuatnya, wajahnya, cara berbicaranya, dan lain sebagainya.
Diazens pasti tahu sendiri lah, dengan adanya media sosial, hubungan kita dengan artis yang kita kagumi terasa seperti dipermudah. Iya kan?
Kita jadi tahu hal-hal apa saja yang dilakukan oleh artis melalui akun sosial medianya, seperti saat melakukan live Instagram, Vlog liburan yang diunggahnya pada akun YouTube dan banyak lagi.
Untuk membuat penggemar merasa dekat dan mengenal dengan idolanya, contoh saja seperti artis-artis di Korea, pihak agensi yang menaungi mereka akan membuat beberapa ragam acara. Misalnya seperti fansign, meet and greet, mini vlog yang dilakukan oleh setiap membernya, reality show, boyfriend/girlfriend calls dan masih banyak lainnya. Hal ini dilakukan untuk membuat penggemar serasa memiliki ikatan yang kuat dengan sang idola dan bisa setia dengan mereka.
Kalau kalian tahu interaksi ini disebut dengan interaksi parasosial. Interaksi parasosial adalah interaksi yang terjadi secara sepihak antara penggemar dan idolanya, lho. Jadi hubungan kalian dengan si idola semata-mata cuman hubungan sepihak. Sedih nggak? Nggak dong! Kan kita bisa lihat mereka tiap hari di medsosnya...hehe.
Dalam jurnal yang berjudul “Gambaran Interaksi Parasosial Pada Remaja Penggemar K-pop” tahun 2019 dijelaskan, interaksi parasosial merupakan sebuah interaksi yang sifatnya imaginary antara pengguna media dengan figur media dimana penonton merasa melakukan hubungan face-to-face dengan figur media. Kunci utama dari interaksi ini adalah penonton “merasa” memiliki hubungan dengan figur media yang menarik perhatiannya namun interaksi parasosial yang berlangsung bersifat satu arah, non-dialektikal, dikontrol oleh figur media dan tidak dapat berkembang.
Dari interaksi yang dibentuk melalui ragam acara, yang dibuat semata-mata untuk menyenangkan penggemar atau bisa aja disebut sebagai “fans service”, membentuk suatu ikatan yang menuntun pada kesetian antara penggemar dan idola. Tapi jangan salah, ternyata kesetiaan ini bisa berujung malapetaka juga bagi si artis jika dilakukan secara berlebihan dan cenderung obsesi oleh penggemarnya. Serem juga, nggak sih?
Nah, kesetiaan yang berlebihan dan cenderung obsesi ini bisa membuat penggemar melakukan hal-hal yang diluar batas dan sangat mengganggu untuk kehidupan pribadi si artis, lho. Mereka juga bisa berubah menjadi stalker yang mengganggu kehidupan privacy artis di luar kegiatan mereka. Di stalking mantan aja udah serem, apalagi di stalking orang nggak dikenal. Serem lah ya?
Pada tahun 2019, salah satu member dari boyband EXO yaitu Chanyeol pernah mengalami kejadian di mana salah seorang penggemarnya menguntit dirinya hingga ke tempat tinggalnya. Penggemarnya ini memiliki obsesi berlebihan kepada Chanyeol sehingga hal-hal yang dirinya lakukan harus diketahuinya sampai membuat idolanya terusik.
Pada tahun 2020, hal ini juga terjadi pada Haechan member dari NCT. Stalker ini sering sekali menguntit di area asrama NCT. Stalker atau sebut saja sasaeng fans ini memiliki kecenderungan yang berlebihan dalam mencintai idolanya. Seolah idolanya ini hanya miliknya seorang.
Tidak hanya di Korea rupanya, ada juga dari artis Hollywood yaitu Selena Gomez. Selena Gomez ini juga pernah diuntit oleh salah seorang penggemarnya di tahun 2014. Stalker ini kerap kali mendatangi ke rumah Selena Gomez. Kasus itu membuat Selena Gomez cukup terpukul kesehatan mentalnya. Sehingga, stalker yang mendekati Selena Gomez ini dipenjara dan dilarang keras untuk mendekatinya selama 10 tahun.
Sebenarnya Diazens, masih banyak lho fenomena stalking ini yang mengganggu ranah pribadi kita sebagai individu. Entah kita artis atau bukan, menguntit seseorang secara berlebihan hingga ingin tahu kehidupan pribadi mereka terdengar menyeramkan. Tapi mari kita bahas bagaimana fenomena stalker ini bisa terjadi dan sering kali terjadi kepada seorang public figure.
Kita tadi sudah membahas sedikit tentang interaksi parasosial. Nah, interaksi parasosial ini bisa terjadi karena kita sering melihat idola kita muncul di layar TV atau media sosial. Kita juga kerap kali disuguhkan dengan ragam acara untuk membuat diri kita sebagai penggemar dekat dan terikat dengan sang idola.
Dampak dari Interaksi Parasocial ini yang dijelaskan Cynthia A Hoffner seorang dosen di Georgia State University sebagai berikut :
Sense of companionship : secara emosional idola kita memberikan kesan pertama yang sangat bagus saat kita tangkap, sehingga kita sebagai penggemar merasa puas dalam interaksi sosial itu. Intinya sih, ketika kamu lihat idola kamu pertama kali kamu merasa ada kemiripan dengan kamu. Jadi terbentuklah rasa suka itu.
Friendship : Hal ini lah yang sering dilakukan oleh idola kita--membentuk sebuah ikatan pertemanan secara virtual dan menimbulkan rasa persahabatan semu antara kita sebagai penggemar dan idola. Selain itu, interaksi parasosial ini membuat penggemar merasa memiliki seorang teman yang bisa kita andalkan.
Jadi, secara nggak sadar interaksi yang dilakukan oleh idola kamu di dunia maya itu membuat kamu seolah-olah punya teman karena idola kamu selalu ada disaat kamu butuh dia. Semacam ketika kamu lagi capek dan stress, dan tiba-tiba idola kamu memberikan kata-kata motivasinya pada kamu saat Live. Kamu merasa mereka mengerti kamu sebagai teman.
Dampak yang ketiga adalah ketergantungan penggemar terhadap idola ini akibat dari ikatan pertemanan semu yang sudah dibentuk oleh sang idola
Interaksi yang kuat antara penggemar dan selebriti bisa juga menimbulkan efek patologis di mana penggemar memiliki kecenderungan untuk melekakukan apa yang dilakukan oleh idolanya.
Dari dampak interaksi parasosial atau interaksi semu yang dilakukan seorang idola ini, kita bisa menarik garis lurus kalau interaksi sosial yang dilakukan secara berlebihan bisa membuat penggemar ini menjadi seorang stalker. Ingat ya… berlebihan.
Seorang dosen dari UNPAD, Esti Wungu bilang gini, fenomena stalker dan stalking ini dilakukan karena latar belakang kehidupan pribadi dari pelaku karena adanya krisis dalam lingkungan sosialnya dan krisis dalam dirinya sendiri. Penggemar-penggemar yang tiba-tiba berubah menjadi stalker ini memiliki permasalahan dalam dirinya seperti rasa kesepian, inginya diakui dan self-esteem yang rendah.
Buktinya telah ditemukan oleh P. McHugh seorang asisten Profesor Komunikasi yang menyebutkan bahwa faktor kesendirian yang dialami oleh penggemar ini sangat berpengaruh terhadap interaksi parasosial yang cenderung berlebihan ini. Sehingga, faktor kesendirian ini menyebabkan dirinya merasakan hubungan yang sangat positif dengan sang idola dan stalker ini tidak bisa lagi membedakan mana yang nyata dan tidak. Seorang stalker juga merasakan adanya rasa kurang puas jika melihat idola hanya dari media perantara saja.
Self-esteem juga menjadi bagian penting dari dampak terjadinya fenomena stalking yang dilakukan kepada artis. Seseorang yang memiliki self-esteem yang rendah ini cenderung lebih banyak membentuk interaksi parasosial dengan idolanya. Karena apa? Ya, karena mereka merasa kurang cukup dengan dirinya di dunia nyata. Seperti yang saya bilang tadi, ketika mereka sudah di tahap obsesi mereka sudah tidak bisa lagi membedakan mana yang nyata dan tidak. Batas itu dihilangkan oleh mereka.
Hal itu bagi mereka yang melakukan stalking ini memiliki self-esteem yang rendah dan tidak yakin dengan kemampuannya dalam membentuk dan menjalin interaksi sosial secara nyata. Mereka merasa takut dengan penolakan, dan kalau dengan idolanya, mereka jelas tidak takut untuk ditolak karena idolanya ini selalu bersikap baik dan ada disaat dirinya butuh walau kita tahu bahwa itu hanya dilakukan secara virtual.
Dari sini Diazens bisa menyimpulkan kan kalau ini rasa sayang yang seperti apa? Soalnya ya, kalau menurut saya sih setelah banyak baca berbagai sumber kenapa seorang stalker bisa muncul karena ini adalah bentuk obsesi dia untuk memiliki orang itu dan itu bukan lagi cinta, sih. Kita sebagai penggemar juga harus sadar kalau apa yang dilakukan oleh si idola ini semata-mata juga hanya untuk menyenangkan kita sebagai penggemarnya agar kita setia. Kita juga nggak tahu kan kalau idola kita ini seperti apa secara personal? Kita kan cuman disuguhkan dengan konten-konten yang menurut orang banyak baik untuk dilihat. Jadi, Diazens jangan sampai terjebak ya. Kalian juga punya kehidupan nyata yang harus kalian hadapi. Suka boleh, tapi jangan berlebihan. Hehe…