© 2019 Https://www.diadona.id/@rapidleaks
Sudah menjadi hal umum jika komunikasi menjadi salah satu kunci penting dalam jalinan hubungan asmara. Dengan berkomunikasi secara tepat, dinilai dapat mengeratkan kepercayaan terhadap pasangan.
Komunikasi dapat dilakukan dengan beragam cara. Baik sekedar bertukar pesan, menanyakan kabar, atau berbincang lewat panggilan, dan lainnya. Komunikasi penting dalam hubungan karena bisa menjadi salah satu cara menghindari terjadinya konflik.
Namun, tahukah kalian, jika komunikasi yang dilakukan secara berlebihan dalam hubungan asmara ini harus dihindari. Sebab, bukan tidak mungkin hal tersebut justru dapat menjadi pemicu hubungan kalian kandas di tengah jalan,
Dilansir dari Elite Daily, terlalu sering berkomunikasi dalam suatu hubungan dapat menjadikan komunikasi terjalin tanpa koneksi. Model komunikasi akan berubah menjadi pertengkaran karena tidak ada yang akan merasa dekat, terbuka, dan selaras satu dengan yang lain.
Mengirim pesan berlebihan misalnya, atau menghubungi pasangan terlalu sering dapat meningkatkan resiko putusnya hubungan. Berikut 4 komunikasi yang jadi pemicu putusnya hubungan, dilansir dari teori Four Horsemen of The Apocalypse dari Gottman (1977):
Mengkritik akan suatu hal memang sah-sah saja, tetapi jika terlalu berlebihan akan membahayakan hubungan asmaramu. Menurut Gottman, dalam suatu hubungan perlu diketahui apa maksud dari mengkritik dan menyuarakan sebuah keluhan.
Aksi mengkritik adalah sebuah serangan terhadap karakter inti seseorang dan dapat membuat pasanganmu merasa ditolak dan disakiti. Apabila kamu dan pasanganmu sangat kritis akan satu sama lain, bukan berarti hubunganmu akan kandas, tapi memberikan terlalu banyak kritik membuka jalan untuk orang lain yang jauh lebih membahayakan untuk masuk ke hubungan kamu.
Karenanya, setiap pasangan perlu mengenali perbedaan diantara menyampaikan sebuah keluhan dan mengkritik.
Terkadang hal ini tidak disadari, hingga akhirnya kalimat penghinaan keluar begitu saja. Salah satu contohnya adalah mengejek dengan sarkasme atau menggunakan body language yang negatif seperti eye-rolling atau scoffing.
Tujuan utama dari pernyataan i i adalah untuk membuat lawan bicara merasa dibenci dan tidak berharga. Bisa dibilang ini masuk kategori toxic relationship ya!
Sebab, pasangan yang melakukan ini seakan-akan membuat dirimu tak berharga di mata orang lain. Kunci dari menjauhi penggunaan penghinaan dalam komunikasi keseharian kita adalah dengan menempatkan diri di posisi pasangan kita dan menjauhkan rasa superior saat berbicara.
Tak dapat dipungkiri, defensiveness atau sikap defensif seringkali akan muncul dalam jalinan hubungan asmara. Seperti, saat kita merasa dituduh reflek utamanya adalah untuk menjadi defensif dan melontarkan alasan kepada pasangan kita atau playing victim.
Gottman menilai, hal ini justru akan membuat pasangan kita merasa bahwa kita tidak mau bertanggung jawab atas kelakuan kita sendiri. Sehingga mereka tidak menyikapi perasaan mereka secara serius.
Respon yang tidak defensif seharusnya mencerminkan rasa tanggung jawab. Dengan begitu, pasangan akan mengerti kesalahan yang telah diperbuat dan mengedepankan perspektif atau perasaan pasangan kita.
Stonewalling atau ketika kita memilih untuk menutup diri dan berhenti merespon pasangan kita sepenuhnya, menjadi salah satu tanda komunikasi yang kurang baik dalam hububgan. Ciri-ciri utama dari stonewalling, mengabaikan masalah, menolak untuk berkomunikasi dan mengolah perasaan bersama pasangan.
Menghindari konfrontasi terlihat seperti solusi yang lebih baik dibanding menghadapi secara langsung masalah yang ada, namun hal ini sebenarnya dapat memperburuk konflik karena didiamkan begitu saja.
Untuk menghindari stonewalling, lebih baik kamu meminta waktu kepada pasanganmu agar dapat menenangkan diri terlebih dulu. Kemudian, cobalah meluruskan pikiran sebelum berbicara lagi dengan pasangan.