© Shutterstock.com/g/Pond Saksit
Hubungan asmara memang melibatkan kedua belah pihak demi tercapainya nuansa romantisme hingga komitmen bersama. Ada yang bilang kalau cinta merupakan bentuk pengorbanan, seperti waktu, tenaga, dan bahkan uang.
Namun beberapa juga berpendapat jika cinta juga harus saling membahagiakan kedua belah pihak dengan batasan yang ada. Seperti nhalnya sama-sama bahagia dengan saling berkirim pesan, ketemuan di kahir pekan, hingga hal-hal serta kegiatan kecil yang mungkin saja bisa dilakukan bersama.
Lalu, bagaimana sebuah hubungan bisa terus bertahan lama meski hanya menjalin hal-hal yang itu-itu saja. Tentu, Diazens amat sangat menginginkan jalinan yang makin berkembang ke tahap lebih serius bukan? Terlebih, baik kamu dan pasangan sudah hampir siap atau malah sudah sama-sama siap melangkah ke jenjang yang lebih matang lagi.
Berdasarkan social exchange theory, manusia cenderung akan bertahan dalam hubungan yang memberikannya keuntungan (reward) lebih besar dibandingkan pengorbanan yang mereka lakukan. Well, hal ini emmang benar adanya.
Namun dalam penerapannya, kita tidak bersedia untuk menyerah begitu saja hanya karena tidak mendapatkan keuntungan yang kita inginkan. Ya, dalam artian, meski kita tak mendapatkan keuntungan dan sakit hati, kita masih tetap berkorban dalam hubungan bersamanya. Meski, tak semua orangs eperti ini ya Diazens, namun kebanyakan kasus adalah benar seperti ini adanya.
Justru karena 'investasi' yang sudah kita buat, kita terdorong untuk tetap mempertahankan hubungan itu meski kita tidak merasa bahagia menjalaninya. Pola pikir ini bisa terbentuk lantaran ketakutan bahwa 'investasi' tersebut akan menjadi sia-sia jika kita menyerah.
Sebagai misal, sudah lama jalin hubungan dengan dia. Namun, kamu tetap bertahan dengan sosok ini meski dia sudah amat mengecewakan. Kamu berfikir kalau kamu amat bosan untuk kembali mengenal sosok baru dalam hidupmu. Bosan dengan memilih sosok yang lebih baik, dan takut kamu gak bakal menemukan sosok idaman yang lebih baik darinya.
Individu yang terjebak dalam hubungan yang toksik seperti ini seringkali menemukan kesulitan untuk keluar dari hubungan tersebut karena bias ini. Well, kalau menurut kamu sendiri gimana nih Diazens? Coba komen di bawah ya.