© Shutterstock.com/interstid
Perempuan memang jadi sosok yang kerap kali curhat mengenai apa saja yang dialaminya. Mulai dari kejadian menyebalkan, sampai momen menyenangkan, semua bisa jadi bahan curhatan yang sayang untuk dilewatkan.
Samantha Boardman, seorang instruktur klinis dalam psikiatri mengungkapkan bahwa, terlalu sering curhat justru nggak baik lho. Terlalu sering curhat pada orang lain bahkan bisa menambah masalah bagi diri sendiri.
Curhatan nggak selamanya menceritakan masalah pribadi, ada keluhan-keluhan yang kadang terselip di dalamnya. Sayangnya, curhatan berisi keluhan yang disampaikan secara berulang-ulang, justru dapat meningkatkan stres pada mereka yang memang sudah merasakan kesedihan.
Samantha membagikan kisah dengan pasiennya yang memiliki hubungan tidak baik dengan ibu mertuanya. Pasien tersebut terbiasa menghabiskan waktu berjam-jam untuk curhat dengan sahabatnya mengenai perilaku sang mertua. Seiring berjalannya waktu, perempuan tersebut justru merasa lebih sering marah dan merasa frustasi.
Samantha menyimpulkan bahwa curhat memang bisa membuat perasaan jadi lebih lega, tapi di sisi lain justru bisa memperkuat perasaan negatif. Semakin sering masalah itu dibicarakan, maka permasalahan itu justru akan berputar-putar di dalam pikiran.
Waktu yang tepat untuk curhat hanya sekitar 15 menit dan alangkah baiknya dalam curhatan itu kamu berusaha untuk mencari pemecahan masalah. Curhat lebih dari 15 menit dan hanya berisi keluhan, justru tidak menyelesaikan masalah. Mungkin kamu merasa baik-baik saja, tapi apakah lawan bicaramu merasa hal serupa?
Curhat yang baik bukan sekadar untuk menumpahkan uneg-uneg yang ada, tapi juga untuk mencari penyelesaian. Curhatan monoton yang tidak ada penyelesaiannya juga memuakkan bagi pihak pendengar. Untuk itu, sebaiknya jangan terlalu sering curhat mengenai hal yang tidak penting ya..