© Shutterstock.com/Tavarius
Dalam sebuah rumah tangga, pertengkaran merupakan hal yang biasa terjadi. Namun, jika sering terjadi, tentunya akan membuat kedua pasangan tidak betah dan ingin berpisah.
Pertengkaran juga bisa membuat kedua pasangan tidak bahagia akan kehidupan rumah tangganya. Tapi anehnya, walaupun tidak bahagia akan rumah tangganya, mereka lebih memilih untuk bertahan.
Padahal gak bahagia, kok malah lebih milih bertahan ya?
Dikutip dari iHeart Intelligence, psikolog sosial bernama Harold Kelley dan John Tibaut yang mengembangkan teori interdependensi, mengatakan bahwa setiap pasangan mengevaluasi kepuasan pribadi bagi dari segi biaya maupun manfaat. Dengan kata lain, pasangan akan lebih bahagia jika apa yang dia dapatkan lebih dari apa yang ia berikan.
Ketika pasanganmu membutuhkan waktu dan tenangamu namun tetap memberikan cinta serta kasih sayang, maka kamu akan bahagia. Namun, pada kenyataannya, kita menerima cinta yang dianggap pantas kita terima.
Karena hal ini, kita pun meyakinkan diri sendiri bahwa kita bahagia dalam hubungan yang tidak sehat karena menganggap kita pantas mendapatkannya. Pasangan yang tidak bahagia sering kali bertahan karena tidak memiliki keberanian untuk meminta lebih.
Levi Baker, seorang psikolog berpendapat bahwa komitmen pada pasangan tidak didasarkan pada tingkat kepuasan seseorang. Simpelnya, walaupun kamu tidak bahagia dengan pasanganmu yang sekarang, kamu lebih memilih untuk tetap bertahan karena percaya bahwa hubungan tersebut akan lebih baik seiring berjalannya waktu.
Ketika di situasi ini, kamu pun berjuang untuk meyakinkan diri sendiri bahwa orang yang kamu cintai akan berubah. Jika sudah begini, tingkat kepuasanmu akan sepenuhnya bergantung pada harapan di masa depan yang masih belum pasti adanya.
Menurut psikolog, ada dua alasan mengapa seseorang mau bertahan dalam hubungan yang tidak bahagia. Pertama, mereka berharap hubungannya akan jadi lebih baik, kedua, mereka berharap untuk tidak menemukan alternatif lain, contohnya seperti mencari orang lain.
Namun, bisa saja " menemukan alternatif lain" adalah kembali menjalin koneksi dengan diri sendiri? Terkadang, obat dari hubungan yang tidak sehat adalah menghabiskan waktu untuk menyenangkan diri sendiri. Seperti yang banyak orang katakan, lebih baik sendiri daripada dengan hubungan yang tidak baik.
Tetapi, tentunya perpisahan bukan jalan yang mudah ketika sudah anak sudah terlibat di dalamnya. tentunya anak akan yang menjadi paling menderita ketika kedua orang tuanya berpisah. Opsi untuk tetap bersama demi anak pun menjadi sangat relevan.
Jika kamu lebih memilih bertahan karena percaya pasangan akan berubah ataupun demi anak-anak, maka itu opsi yang layak dipertahankan. Namun, berpisah juga bukan hal yang tabu untuk dilakukan, demi kebahagian keduaa belah pihak.