© Shutterstock.com/yesstock
Dating apps atau aplikasi kencan online menjadi cara bagi beberapa orang untuk mencari pasangan secara praktis. Tidak perlu ribet minta dikenalin teman atau stalking calon gebetan, di dating apps kamu bisa langsung berkenalan tanpa fafifu wasweswos sebelumnya.
Tapi, tidak sedikit juga orang di luar sana yang menggunakan dating apps untuk mencari pasangan lain, alias selingkuh. Padahal, tidak sedikit juga mereka yang main dating apps hanya ingin mencari relasi atau teman baru.
Lalu, apakah main dating apps merupakan ciri orang selingkuh?
Dikutip dari Kumparan, pemaknaan tiap orang akan perselingkuhan tergantung dari banyak faktor, termasuk unsur teknologi. Lembaga riset asal Inggris, Yougov, mengatakan bahwa 67% perempuan dan 47% laki-laki berpikir bahwa main dating apps merupakan perilaku selingkuh.
Dalam buku Love Online: Emotions on the Internet (2004), sang penulis yang bernama Aaron Ben-Ze'ev mengatakan bahwa hadirnya dating apps menggeser perilaku berelasi romantis seseorang dan juga bagaimana perselingkuhan dimaknai ulang.
Untuk beberapa orang yang masih berpikiran jadul atau konservatif, Kontak fisik seseorang dengan orang lain merupakan pemikiran selingkuh. Baik itu jalan atau makan bareng dianhggap sebagai perilaku selingkuh. Bahkan, ada juga yang menganggap bahwa menonton porno juga perbuatan selingkuh.
Lalu, pertanyaannya adalah, apakah melakukan interaksi di dating apps merupakan ciri selingkuh?
Untuk sebagian orang yang sudah memiliki pasangan, melakukan interaksi via dating apps dianggap bukanlah ciri perselingkuhan asalkan didasari dengan satu syarat, interaksi tersebut tidak dirahasiakan alias diketahui dan diterima oleh pasangannya.
Pola hubungan seperti ini sering kali kita temui di konteks open relationships, open mariage, dan juga poliamori. Karena dengan sama diketahui dan disetujui, tidak ada pasangan yang merasa ditipu atau diselingkuhi.
Namun, pandangan seperti ini sering kali dicap salah dan tidak benar. Masih banyak yang memiliki pandangan bahwa pasangan hanya satu atau monogami dan ini menjadi fakta yang paten.
Tetapi, dating apps sebagai wadah untuk selingkuh memang benar adanya. Ben-Ze'ev mengatakan bahwa selingkuh lewat dating apps risiko ketahuannya kecil dan beban moralnya tidak seperti via dunia nyata.
Cilidhe Wynn, seorang matchmaker asal Kanada, mengatakan bahwa sifat anonim dalam dating apps juga membuat orang bisa leluasa mengekspresikan diri dan menyalurkan hasratnya pada orang lain. Jika interaksi sudah dirasa boring dan tidak menyenangkan, maka bisa diputus dengan seenaknya tanpa perlu khawatir atau harus bertemu yang bersangkutan.
Namun, jangan kaget jika interaksi via dating apps juga bisa memperbaiki hubungan lho. Alih-alih dianggap selingkuh, interaksi dalam dating apps dipandang sebagai sarana membantu memperbaiki relasi hubungan dengan pasangan.
Hal ini didasari dengan kejenuhan yang menghampiri tiap pasangan. Dengan bertemu orang baru, mereka bisa menemukan relasi bergairah dengan pasangan yang sebenarnya tanpa harus melakukan seks sekalipun.
Namun, jika kecanduan, hubungan asmara yang sebenarnya juga bisa kacau lho. Ketika pasangan di dunia nyata tidak dihiraukan, intimasi mulai berkurang, lebih sibuk dengan orang asing di dating apps daripada pasangan, di situlah mulai tercium aroma perselingkuhan.
Jadi, menurut Diazens, main dating apps merupakan perilaku selingkuh atau tidak? Tentu saja ada pro kontra di dalamnya.