© Shutterstock.com/g/fizkes
Ada banyak hal yang bisa menyebabkan gagalnya suatu hubungan. Kegagalan kita dalam suatu hubungan tentu membuat kita lebih berhati-hati dalam memilih pasangan selanjutnya.
Tapi tanpa disadari, kita seringkali terjebak dengan tipe orang yang sama dan membentuk pola hubungan yang serupa. Akibatnya, kita seolah terus-menerus terjebak dengan orang dan hubungan yang salah.
Lantas, apa hal semacam ini bisa disebut normal? Lalu gimana sih tanggapan psikolog terhadap fenomena semacam ini?
Sigmund Freud, seorang neurologis dan penemu psychoanalysis, menyatakan bahwa hal ini sebagai repetition compulsion. Di mana manusia normalnya tertarik dengan sesuatu yang sudah familiar, termasuk mengenai pasangan dan hubungan asmara.
Freud menyatakan bahwa seseorang yang menjalani hubungan destruktif, pasti pernah mengalami hal serupa dengan orang tuanya di masa kecil. Saat beranjak dewasa, tanpa disadari mereka mencoba membangun kembali situasi menyakitkan tersebut dengan harapan bisa memperbaikinya.
Itulah sebabnya banyak yang terus menerus terjebak dengan sosok yang player atau abusive dalam sebuah hubungan. Mungkin nggak selalu terjebak, karena mereka seolah 'mengumpankan diri' pada hubungan yang salah dengan harapan bisa memperbaiki hubungan bahkan sosok pasangannya tersebut.
Sri Juwita Kusumawardhani, seorang psikolog dan founder @cintasetara pun menyatakan hal serupa. Ia juga menambahkan bahwa seseorang yang seringkali terjebak dengan orang yang salah, cenderung tidak tertarik dengan sosok yang baik-baik saja.
Saat berhadapan dengan sosok yang secure dan bisa memenuhi kebutuhan emosionalnya, mereka cenderung merasa tidak tertarik karena tidak adanya 'spark' yang timbul dari kedekatan keduanya. Padahal jika ditelaah lebih dalam, hubungan yang sehat justru ditandai dengan rasa aman, tenang dan tentram bersama pasangan.