© Shutterstock.com/id/g/oneinchpunch
Masih lekat dalam ingatan kita mengenai kisah ghosting, di mana gebetan suka ngilang tiba-tiba dan muncul seolah tidak terjadi apa-apa. Rupanya, masih ada perilaku semacam ini yang jauh lebih membahayakan bagi para perempuan loh!
Dikenal dengan istilah Negging, 'tren' kencan ini harus diwaspadai karena nggak cuma toxic tapi juga manipulatif. Negging akan mengusik kondisi emosional seseorang, sering terjadi tapi justru nggak disadari.
Negging merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan tindakan toxic yang terjadi saat masa pdkt atau kencan. Biasanya seseorang akan melontarkan penghinaan berbalut pujian atau kata-kata genit pada lawan jenis.
Melansir dari Glamour, negging ternyata bermaksud untuk merusak kepercayaan diri seseorang. Di sisi lain, pelaku negging ingin targetnya lebih rentan terhadap rayuan yang diberikan.
Seperti yang diungkap sebelumnya, perilau ini nggak cuma toxic tapi juga manipulatif. Seseorang akan dipaksa rendah diri sehingga akan merasa tersanjung ketika diberi rayuan.
Menurut pakar hubungan Christine Baumgartner, negging memang bersifat meremehkan dan merendahkan orang lain. Hal ini bertujuan merusak kepercayaan diri seseorang.
Menariknya, pelaku negging justru sebenarnya merasa insecure dan tidak percaya diri dalam menarik perhatian lawan jenis. Mereka merasa tidak cukup baik, sehingga perlu merendahkan orang lain agar harga dirinya terselamatkan.
Menurut Donna Arp Weitzman, pakar kencan dan hubungan, seseorang yang melakukan negging justru memiliki kalimat yang terkesan netral. Padahal, pujian yang diberikan memang digunakan untuk 'membungkus' penghinaan.
Contoh mudah untuk mengidentifikasi perilaku negging bisa terlihat dari beberapa kalimat berikut ini.
" Kalau kamu lebih tinggi pasti aku pacarin, deh!" atau " Kamu bakal kelihatan lebih cantik kalau nggak pakai kacamata."
Jika perilaku semacam ini kamu temui di masa kencan atau pdkt, ada sejumlah tindakan yang bisa langsung kamu ambil. Langsung saja sampaikan hal tersebut pada dia dan lihat bagaimana dia bereaksi.
Jika dia terkejut dan merasa menyesal, kamu masih bisa memberinya kesempatan. Tapi jika dia mengabaikan hal tersebut dan malah menolak untuk dikoreksi, mungkin sebaiknya kamu nggak perlu memberi kesempatan lagi baginya.
Ingat, perilaku toxic seperti kontrol dan manipulatif bisa terjadi kapan saja. Selama masih bisa dihindari, sebaiknya dihindari saja demi kebaikanmu sendiri.