© Miles Films
Usia 25 tahun sering dianggap sebagai titik balik dari kehidupan seseorang. Istilah "quarter life crisis" biasa digunakan untuk menggambarkan kehidupan di usia seperempat abad. Mulai mempertanyakan arti hidup, menentukan tujuan, meragukan masa depan, dan banyak krisis internal lain yang bakal dihadapi seseorang di usia tersebut.
Krisis di dalam diri gak selamanya bisa kamu hadapi sendiri. Perlu adanya support system yang baik untuk menemanimu dalam memulai kehidupan dewasa awal tersebut. Oleh karena itu, saat menginjak usia 25 tahun ke atas, kamu perlu mulai selektif dalam memilih siapa-siapa saja yang akan kamu keep sebagai teman dekat, dan mana yang sekedar kolega.
Memilih-milih teman bukan berarti sombong, namun lebih pada agar kamu bisa nyaman menjalani fase pengembangan diri dengan orang-orang terbaik yang ada di sekelilingmu.
Jadi, tipe teman seperti apa sih yang perlu kamu miliki di usia 25 tahun ke atas?
Beranjak dewasa, lingkungan mulai berubah, teman datang dan pergi silih berganti. Namun kamu pasti selalu punya satu dua teman masa remaja yang tetap berhubungan baik sampai sekarang.
Penting untuk punya seseorang yang telah mengenal kita sejak lama. Mereka lah yang akan menarik kita untuk kembali ke jalur jika sudah terlalu jauh berbeda dari pribadi asal. Mereka juga yang akan mendorong sekuat tenaga agar kamu jadi pribadi yang terus berkembang.
Dalam fase quarter life crisis, biasanya kamu akan mulai banyak mempertanyakan tentang pilihan hidup yang telah kamu ambil selama ini. Kadang akan muncul penyesalan atau keraguan yang nggak kamu antisipasi.
Di saat seperti ini lah kamu perlu untuk memiliki teman yang optimis sebagai sistem pendukung yang baik. Teman yang optimis akan membantu untuk menetralisir keraguan dan menjaga api semangatmu tetap menyala.
Beberapa dari kita mungkuin menghindari untuk terlalu akrab dengan teman kantor atau teman seprofesi karena banyak hal. Entah persaingan atau alasan lain. Kendati demikian, memiliki teman kerja yang cukup dekat ternyata penting lho.
Cari orang di lingkungan kantor yang betah memgobrol lama-lama tentang segala hal, termasuk keluh kesah tentang pekerjaan. Punya teman yang relate dengan segala permasalahanmu seperti ini bakal berguna untuk menjaga diri tetap waras sembari berusaha untuk berkembang.
Dalam pertemanan, secara tak sadar kita akan mengotak-ngotakkan teman berdasarkan kegiatan apa yang asyik untuk dilakukan bersama. Ada teman main, teman kerja, ada juga teman bercerita.
Teman bercerita ini adalah tipe teman yang akan mendengarkan dengan baik dan memberi feedback, yang mungkin nggak selalu kamu bisa terima namun sebenarnya masuk akal.
Dalam pertemananmu, selalu ada satu orang yang sebenarnya nggak terlalu dekat, tapi entah kenapa orang tersebut selalu ada saat kamu butuhkan. Teman seperti ini biasanya sangat low maintanence, tak membutuhkan terlalu banyak perhatian, namun sebaliknya sangat peduli pada temannya. Cuek cuek tapi care lah.
Kembali ke paragraf awal, tujuan memilih teman bukanlah untuk bersikap sombong. Memilih teman lebih pada untuk memberimu energi dalam menjalani hidup ke depan. Nggak asyik kan kalau kamu dikelilingi teman yang justru bawa pengaruh buruk ke kehidupan?
Meminjam satu bait lagu " Harap Itu Aku" milik rapper Laze, kita harus tetap hati-hati karena tali persahabatan juga bisa buatmu tersandung.