© Shutterstock.com/zhang Tianle
Istilah open relationship kini seakan lazim dijalani anak muda di Indonesia, termasuk Friend With Benefit (FWB). Konsep asmara kekinian ini membebaskan pasangan untuk menjalin hubungan dengan orang lain, bahkan hingga tahap aktivitas seksual.
Model hubungan asmara ini memang terasa janggal bagi kebanyakan masyarakat di Indonesia. Bahkan, terkesan dianggap negatif.
Karenanya, setiap pasangan yang memutuskan menjalani open relationship perlu beberapa penetapan aturan dasar sebelum memulainya. Aturan ini tidak serta merta membatasi kebebasan, melainkan untuk tetap saling memelihara kepercayaan dengan pasangan.
Dilansir dari berbagai sumber, seksolog klinis di Inggris, Ness Cooper menjelaskan, tanpa adanya aturan dan batasan yang jelas akan membahayakan pasangan yang menjalani open relationship.
“ Menjalin open relationship dan perubahan mendadak dalam dinamika hubungan dapat menyebabkan perbedaan ketika aturan dan batasan belum dibuat jelas. Sangat mudah untuk overstep, yang dapat membahayakan hubungan,” jelasnya.
Adanya rasa kecemburuan, rasa tidak aman, dan perasaan tidak terkendali semuanya dapat muncul kembali ketika berusaha menjauh dari monogami dan mencoba sesuatu yang berbeda.
Tapi, menurutnya, menjalani open relationship tidak seharusnya sulit. Urusan toxic atau ditakdirkan untuk gagal itu tergantung dari masing-masing yang menjalankan.
Nah, adanya komunikasi yang baik dianggap menjadi salah satu kunci untuk memastikan model hubungan ini berjalan lancar dan membahagiakan.
Kebebasan dalam menjalani relationship memang suatu hal yang baik, tapi bukan berarti hal itu tidak bisa menimbulkan kekacauan antar pasangan.
Ness mengungkapkan, aturan dan batasan khususnya bagi pasangan yang menjalani open relationship itu penting. Karena, dapat memberi struktur untuk menjelajahi berbagai hal dengan aman.
Adanya aturan juga dapat membantu mengarahkan emosi seperti rasa cemburu dan iri dengan cara yang lebih sehat. " Kecemburuan dapat terjadi, bahkan ketika aturan telah ditetapkan dalam hubungan terbuka," katanya.
Setiap pasangan tentunya memiliki cara sendiri dalam menetapkan batasan- batasan tentang apa yang dapat dan tidak dapat diterima dalam hubungan.
Dalam hal ini, setiap pasangan perlu menemukan apa yang cocok untuk diri masing-masing. Namun, tak perlu takut untuk masuk ke detailnya.
" Aturan seputar jenis seks yang boleh dan tidak boleh Anda lakukan dengan orang di luar hubungan utama Anda bisa sangat penting," kata Ness.
" Lalu, bagaimana Anda berdua bisa tetap aman saat menggunakan penghalang dan kontrasepsi," lanjutnya.
Termasuk, keamanan fisik untuk bertemu dengan orang lain juga dinilai penting, lho! Setiap pasangan boleh memberikan aturan untuk tidak boleh bertemu dengan orang lain di lokasi tertentu agar menghindari konflik.
Ness juga menyarankan, agar dlam penerapan open relationship ini setiap pasangan mencari aplikasi kencan hubungan terbuka. Hal ini untuk melihat apa yang telah ditetapkan pasangan lain sebagai aturan dasar di profil mereka.
" Dengarkan pasanganmu dan bagaimana mereka menafsirkan dan mengungkapkan aturan," kata Ness.
Dengan saling mendengarkan pasangan, akan muncul interpretasi yang tidak hanya membantu memahami satu sama lain. Tapi, juga bagaimana mengikuti aturan dan batasan yang dibuat bedua.
Selain itu, Ness mengatakan, pasangan yang menerapkan open relationship harus berpikir untuk membuat aturan tentang apa yang tidak boleh bicarakan.
" Beberapa hubungan terbuka tidak ingin mendengar detail kencan yang terjadi dengan orang lain, dan hubungan terbuka lainnya ingin membicarakan segalanya," ungkap Ness.