© Shutterstock
Jakarta, 14 Maret 2022 – Hari Perempuan Internasional adalah hari istimewa yang dirayakan setiap tahunnya untuk mendukung dan memberdayakan perempuan di seluruh dunia. Hari tersebut merupakan momentum untuk mendorong perempuan untuk menjadi lebih independen dan kuat dengan meyakinkan mereka untuk mengejar apa yang penting bagi hidup mereka.
Tema perayaan tahun ini adalah “#BreakTheBias.” Seperti namanya, tema ini bertujuan untuk mematahkan bias gender, diskriminasi, dan stereotip terhadap perempuan yang menghalangi mereka untuk mencapai potensi tertinggi mereka—sehingga menciptakan dunia yang lebih inklusif. Seperti yang mungkin Anda ketahui, banyak pergumulan yang terjadi pada perempuan disebabkan oleh stigma, miskonsepsi, serta hubungan yang tidak sehat akibat kurangnya pemahaman tentang persetujuan (consent) dan hubungan yang setara. Seringkali, masalah ini berubah menjadi pelecehan mental dan fisik yang ekstrem dengan perempuan sebagai korban.
Pada tahun 2021 saja, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mencatat hingga 10.247 kasus kekerasan terhadap perempuan, dengan 15,2 persen di antaranya adalah kekerasan seksual[1]. Kasus ini menjadi sulit untuk ditangani karena topik seks masih dianggap tabu oleh sebagian besar masyarakat Indonesia dan pendidikan seks dipandang sebagai platform untuk mempromosikan seks bebas. Ini bertentangan dengan fungsi pendidikan seks sebenarnya, yakni sebagai tempat untuk mendiskusikan hubungan seksual secara konstruktif. Apalagi, pendidikan seks menekankan konsep perlindungan perempuan dari risiko kekerasan dan pelecehan seksual. Oleh karena itu, mengambil peran yang lebih proaktif dalam suatu hubungan juga merupakan bagian dari pemberdayaan perempuan untuk memerangi diskriminasi gender, menjamin hak-hak perempuan, dan pada akhirnya memastikan kesejahteraan dan kesehatan seksual.
Perempuan perlu mengambil langkah pertama dan lebih proaktif dalam mempromosikan konsep saling pengertian dan kesetaraan guna mencapai hubungan yang sehat. Dengan mengambil langkah pertama dalam segala jenis keputusan tentang aktivitas dalam hubungan, termasuk aktivitas seksual, perempuan dapat melindungi diri mereka sendiri dan mencegah pelecehan seksual, yang menjadi isu publik yang besar akhir-akhir ini.
Hal ini dapat dilakukan dengan mulai memutuskan bersama apa aktivitas kencan yang ideal untuk pasangan. Misalnya, apa menu yang pas untuk makan malam, kapan waktu yang tepat untuk menonton Netflix dan bersantai, atau bahkan kapan waktu yang ideal untuk menikmati aktivitas seksual yang bermakna. Ini juga merupakan bentuk pemberdayaan perempuan yang perlu kita bangun untuk mempromosikan kesetaraan gender dan membangun hubungan yang sehat dengan pasangan kita. Pasa masa sulit ini, penting untuk memiliki hubungan yang sehat yang akan menghadirkan kualitas hidup yang lebih baik.
Untuk memperingati hari perempuan internasional, Durex, merek alat kesehatan kontrasepi modern dari Reckitt, memberdayakan perempuan melalui Kampanye #TakeTheLead untuk mematahkan stigma mengenai perempuan yang memulai langkah pertama. Kampanye ini menyoroti pentingnya perempuan mengambil inisiatif pertama; dapat memahami kebutuhan dan keinginan mereka dalam suatu hubungan dan melindungi kesehatan dan kesejahteraan mereka dengan mempromosikan rasa saling pengertian dan consent dengan orang yang mereka cintai.
“ Perempuan dapat mulai membuat langkah pertama dengan memulai percakapan dan lebih terbuka untuk mencapai hubungan yang setara dan memperkuat saling pengertian menuju persetujuan. Sebagai seorang perempuan, kita bisa menggunakan kekuatan kita untuk lebih percaya diri, mendefinisikan dan mengomunikasikan apa yang kita butuhkan dan inginkan dalam suatu hubungan,” kata Inez Kristanti, Psikolog Klinis.
Kampanye Durex #TakeTheLead adalah sebuah gerakan untuk memberdayakan perempuan Indonesia menjadi diri mereka yang sebenarnya. Selama kampanye ini, Durex telah menyumbangkan alat kontrasepsi, mengedukasi publik tentang penggunaan alat kontrasepsi, berkolaborasi dengan Key Opinion Leader (KOL) untuk meningkatkan kesadaran tentang peran perempuan melalui saluran digital, serta mengadakan sesi edukasi dengan pakar.