© 2019 Https://www.diadona.id / Good Therapy
Menjalani hubungan, selama apapun itu, nggak akan menghindarkanmu dari perdebatan dengan pasangan. Itu juga yang dirasakan oleh Ashley Innes, penulis dan advokat HIV.
Kepada Huffington Post (05/12), Innes menceritakan bagaimana hubungan pernikahannya yang sudah berjalan 10 tahun kadang masih dihampiri perdebatan.
"Perdebatan terakhirku dengan suami adalah sewaktu kami membahas tentang pembagian peran di rumah tangga--tentang siapa yang porsi pekerjaan luarnya lebih banyak dibanding porsi pekerjaan domestiknya, berlaku sebaliknya--dan gimana keputusan tersebut bakal berpengaruh ke anak-anak kami," Innes menjelaskan kronologi perdebatannya.
"Di satu titik, perdebatan kami makin panas dan semakin melebar, yang berujung pada saling menyalahkan satu sama lain," lanjut Innes.
Di titik tersebut, Innes mengambil langkah untuk diam sejenak dan nggak meneruskan perdebatan untuk nggak membuatnya semakin jauh. Setelahnya, dia mengatakan satu kalimat yang menurutnya cukup powerful.
" Setelah merenung, aku berkata ke suamiku, 'Hei, ingat, kita ini satu tim,'" ujarnya.
Setelah kalimat tersebut diucapkan, tone bicara sang suami berangsur menurun dan perdebatannya pun surut.
" Aku merasa, menganggap aku dan suami sebagai satu tim akan menghapus ilusi kompetisi benar dan salah di antara kami. Memang, setelahnya kami jadi lebih fokus mendengarkan pendapat satu sama lain, berkompromi, dan mencari solusi terbaik. Lebih produktif ketimbang harus terjebak di perdebatan yang itu-itu saja, sih.," pungkas Innes.
Pemikiran Innes tersebut ternyata sejalan dengan sudut pandang keilmuan psikologi.
Marie Land, psikolog asal Washington, D.C., menjelaskannya, " Berkata kalau kalian adalah satu tim dalam sebuah perdebatan di suatu hubungan adalah cara sederhana untuk mengatakan bahwa 'walaupun aku nggak sepenuhnya setuju dengan kamu, aku tetap mau kita ada di hubungan ini'. Hal tersebut akan meruntuhkan tembok di antara kalian--yang menimbukan sikap defensif--sehingga permasalahan sesungguhnya bisa lebih jelas terlihat."
Setelah tau solusinya sesederhana ini, mungkin kamu akan bertanya-tanya, mengapa kamu dan banyak pasangan lain di luar sana masih sulit menerapkannya?
Jennifer Chappell Marsh, terapis pernikahan dan keluarga, menjelaskan, " Itu terjadi karena pengaruh sifat individualistis yang ada di setiap orang, yakni ingin didengar. Kamu akan merasa didengar kalau bisa memenangkan suatu perdebatan. Padahal, dalam pernikahan segalanya terjadi secara bersamaan. Entah kamu akan menang bersama atau bahkan kalah bersama."
" Rasa individualis itu nggak bisa dihilangkan, tapi bisa ditekan. Terapkan pemikiran bahwa kalau ada satu pihak yang menang dan satu pihak lainnya kalah, sebenarnya kalian sama-sama kalah. Lebih dari itu, hubungan adalah tentang kemenangan bersama," tutup Chappell Marsh.