© Raisingchildren.net.au
Baru-baru ini sebuah kasus pelecehan seksual yang melibatkan perilaku terkait bungkus-membungkus tubuh menyeruak di media sosial.
Kisah tersebut diungkap oleh salah satu korban dengan akun Twitter @m_fiokris. Ia menceritakan tentang kejadian yang menimpanya, yang dilakukan oleh pelaku dengan fetish kain jarik. Pelaku kemudian diberi sebutan 'Gilang Bungkus' oleh para warganet.
Melihat kecenderungan tersebut, para warganet pun menarik kemungkinan adanya fetish yang dimiliki oleh Gilang.
Predator "Fetish Kain Jarik" Berkedok Riset Akdemik dari Mahasiswa PTN di SBY
— mufis (@m_fikris) July 29, 2020
A Thread pic.twitter.com/PT4G3vpV9J
Fetish sekilas memiliki kemiripan dengan fantasi seksual. Hal ini memang nggak salah, tapi juga tak sepenuhnya benar.
Fetish merupakan salah satu bagian dari fantasi seksual. Lebih lanjut menurut Fransisco Ramirez, seorang konsultan kesehatan seksual, fetish condong pada dorongan seksual terhadap obyek non seksual.
" Contohnya, kalau ada orang yang bisa meningkat gairah seksualnya saat berhubungan dengan pasangan yang mengenakan sepatu, maka itu tergolong sebagai fantasi. Namun jika sepatu itu sendiri sudah membuat orang tersebut bergairah, maka itu digolongkan sebagai fetish," terang Ramirez seperti dikutip dari wellandgood.com.
Dr. Ian Kerner, seorang terapis sex mengatakan bahwa berdasarkan kasus yang ia temui di lapangan, fetish lebih banyak dimiliki oleh para lelaki.
Sebenarnya tak menutup kemungkinan juga untuk para perempuan memilikinya, namun sejauh ini kaum hawa masih menikmati sampai di tahap fantasi seksual, misal lewat bacaan.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh health.com, sebanyak 2-4 persen laki-laki memiliki kecenderungan pada perilaku seksual dengan fetish. Kebanyakan penonton video porno dengan fetish di situs-situs online juga merupakan laki-laki.
Memiliki fetish sebenarnya masih digolongkan sebagai sesuatu yang normal sebab hal tersebut merupakan bagian dari fantasi seksual yang wajar dimiliki setiap orang.
Kendati demikian, selayaknya banyak hal lain di dunia, fetish juga memiliki batasan-batasan sendiri, mana yang masih di tahap ringan dan mana yang ekstrim.
" Fetish memang merupakan praktik seksual yang tidak konvensional, namun hal ini tidak berbahaya. Meski begitu tetap ada batasan tertentu yang membuat perilaku ini tidak sehat. Jadi tugas pemilik fetish untuk tak hanya memelihara, namun juga menentukan sampai batas mana kecenderungan itu diwajarkan," terang Dr. Rajan Bhosle seperti dirangkum dari timesofindia.
Jadi, punya fetish itu ternyata masih dianggap wajar, selama nggak mengganggu dan merugikan orang lain kayak yang dilakukan Gilang Bungkus.