© Unsplash.com/Clarisse Meyer
Hai Dokter Dona, aku Salwa. Tinggal di salah satu kota area Jabodetabek. Umurku sekarang 16 tahun dan sedang pusing-pusingnya dengan banyak hal, salah satunya adalah masalah di dalam diri aku sendiri.
Jadi, belakangan ini aku terdorong untuk menemukan siapa diri aku yang sebenarnya. Sejauh ini, cara yang terpikirkan untuk menemukan diriku adalah dengan melalui sebuah penderitaan. Setelah kurenungkan, satu-satunya hal yang ngebuat aku paling menderita adalah kalo aku harus ninggalin sahabatku, seorang sahabat terbaik yang aku punya, dengan ngejauh dari dia.
Sebenernya bukan hal yang sulit untuk menjauhi dia, karena orangnya cuek dan sibuk, tapi harus diakui baik banget. Aku bahkan sering manja sama dia dan dia bisa terima-terima aja. Hal ini bikin dia jadi sosok yang sangat berharga banget buat aku.
Balik ke keinginanku untuk menemukan diri sendiri lewat penderitaan, kadang aku pengen ngelakuin hal itu (menjauhi sahabat), tapi kadang aku juga mikir kalo aku ngelakuin hal itu bisa jadi aku akan menyia-nyiakan orang yang tulus sama aku. Di sisi lain, aku juga mau nemuin diri aku dengan cara ini biar aku bisa lebih dewasa.
Jadi, pertanyaanku ada dua nih, Dok. Gimana caranya tau kalo sahabat kita yang cuek juga sayang kepada kita? Dan apakah menciptakan penderitaan untuk menemukan diri sendiri adalah langkah yang tepat?
Mohon pencerahannya ya, Dokter Dona. Salam.
Halo Salwa, salam kenal.
Dokter Dona sudah membaca curahan hatimu. Keresahaan tentang kepribadian dan persahabatan kayak yang kamu sampaikan memang biasa terjadi di usia belasan tahun. Jadi, Dokter Dona pastikan kalau apa yang kamu rasakan adalah hal yang sangat normal. Semua ABG pasti mengalaminya kok. Jangan terbebani, ya!
Sekarang Dokter Dona akan jawab satu per satu keresahaanmu.
Bagaimana cara membuktikan kalau sahabat yang cuek sebenarnya saya sama kita? Jawaban dari pertanyaan ini sebenarnya bisa Salwa jawab sendiri dengan menanyakan satu pertanyaan kepada diri Salwa sendiri; Mengapa Salwa percaya kalau dia layak dipanggil sahabat?
Di paragraf atas, Salwa sudah menyampaikan kalau di balik sikap cuek dan segala kesibukannya, sahabat Salwa adalah orang yang baik dan membuat kamu nyaman bermanja-manja. Rasanya, hal ini sudah lebih dari cukup untuk menjawab keraguan Salwa. Satu hal yang perlu diketahui adalah bahwa wujud rasa sayang sangatlah personal, cara mengungkapkannya bisa sangat berbeda antara satu orang dengan orang lainnya.
Mungkin sahabat Salwa bukan tipe orang yang selalu mengunggah Instastory dan menandai akunmu waktu kalian keluar main bareng, tapi pasti di balik itu semua ada hal positif lain yang bisa membuat Salwa nyaman bermanja-manja dan menganggapnya baik. Kalau kata peribahasa, Salwa harus menghindari mengukur baju di badan sendiri. Artinya, jangan sampai kamu menilai baik buruknya sahabatmu cuma menurut perasaanmu sendiri.
Berusaha lah melihat dari sudut pandang sahabatmu juga, yang nantinya juga bisa jadi refleksi ke diri sendiri, apakah Salwa sudah jadi sahabat yang baik?
Lalu untuk keresahaan kedua, Dokter Dona terlebih dahulu ingin mengapresiasi pemikiran Salwa yang sudah secara sadar ingin melangkah maju dan menjadi sosok yang lebih dewasa secara kepribadian. Hal ini saja sebenarnya sudah menunjukkan kalau kamu sudah memiliki pemikiran orang dewasa.
Well, penderitaan memang bisa berpengaruh pada pertumbuhan kita. Namun, apa perlu kita menciptakan sendiri penderitaan demi menjadi lebih dewasa? Hmm, Dokter Dona pribadi sih tidak merekomendasikan ya. Kenapa? Karena cepat atau lambat, penderitaan sebenarnya akan datang dengan sendirinya. Hahahahaha.
Maaf, mungkin hal ini terlalu pahit untuk Salwa telan, tapi memang kenyataannya demikian. Ketimbang membuat penderitaanmu sendiri, Dokter Dona lebih menyarankan agar Salwa menjalani hidup sebaik mungkin di segala aspek. Belajar rajin, menekuni minat dan hobi, berkontribusi untuk keluarga, dan masih banyak lagi. Kalau Salwa melakukan segala hal tersebut dengan maksimal, yakin deh di tengah-tengah prosesnya kamu bakal menjumpai banyak ujian--atau penderitaan kalau menurut bahasamu.
Kesulitan yang datang dari aktivitas sehari-harimu itulah yang Dokter Dona rasa akan lebih memberi sumbangsih untuk pendewasaanmu kelak karena permasalahannya nyata dan tidak dibuat-buat. Atas dasar itu, Dokter Dona rasa menjauhi sahabat untuk mendewasakan diri bukanlah pilihan terbaik. Lagipula, permasalahan tentang sahabat itu cuma akan relevan di usia belasan sampai 20 awal. Di masa dewasa muda sampai tua kelak, kita akan cenderung lebih memahami orang lain sehingga jarang kontakan dengan sahabat nggak akan lagi selamanya berarti bermusuhan.
Sekian pandangan Dokter Dona, semoga bisa cukup memberi pencerahaan untuk Salwa. Semangat untuk menjalani hidup ke depan, ya!