© Alphamen.asia
Dalam sebuah hubungan yang menyenangkan, kadang seseorang harus menjumpai akhir yang kurang baik, yakni dengan berujung perpisahan. Beberapa perpisahan memberikan rasa lega, namun lebih banyak lagi yang justru membuat hati gundah. Jenis perpisahan kedua ini lah yang kadang membuat proses move on jadi tidak mudah.
Move on secara sederhana dapat dimaknai sebagai sebuah proses bergerak dari masa lalu menuju masa depan yang baru. Dalam hal perpisahan di sebuah hubungan, seseorang dapat dikatakan move on kalau orang tersebut sudah bisa menerima kenyataan dan menjalani hidup seperti sedia kala.
Banyak anggapan yang menyebut laki-laki adalah kaum yang lebih cepat move on kalau dibandingkan dengan perempuan. Namun ada juga yang mengatakan sebaliknya. Terus, yang bener gimana dong?
Perpisahan sangat lekat dengan perasaan patah hati. Kondisi patah hati ini lah yang kemudian juga akan mempengaruhi lama tidaknya seseorang untuk move on dari masa lalu.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal susunan Binghamton University dan University of Collage London, ditemukan bahwa luka patah hati akan direaksi dengan berbeda oleh laki-laki dan perempuan.
Studi tersebut meneliti sebanyak 5.705 partisipan dari 96 negara dan menanyakan tentang rasa sakit emosional dan fisik yang dirasakan pasca putus cinta. Ukuran rasa sakit menggunakan skala 1 sampai 10.
Berdasarkan penelitian tersebut, perempuan cenderung mengalami lebih banyak rasa sakit secara emosional maupun fisik saat putus cinta dibandingkan laki-laki. Hal ini mungkin juga merupakan pengaruh besarnya porsi keterlibatan perasaan perempuan dalam hubungan.
Meskipun perempuan disebut lebih merasakan sakit secara emosi maupun fisik pasa berpisah, namun perempuan ternyata juga lebih cepat untuk kembali dari kondisi patah hati.
Hal tersebut sangat berbanding terbalik dengan laki-laki. Setelah berpisah karena putus cinta, laki-laki akan cenderung lambat dalam merespon situasi. Kebanyakan dari mereka akan melampiaskan kebingungan itu dengan berbagai aktivitas mulai begadang, olahraga sampai capek, atau main game berjam-jam.
Perlu dicatat bahwa laki-laki bukannya tak merasakan patah hati, mereka hanya lambat dalam meresponnya. Jika perempuan bisa langsung menerjemahkan kondisi, laki-laki baru bisa melakukannya beberapa saat kemudian. Setelah puas melakukan kegiatan pelampiasan, barulah mereka akan menyadari kondisi hatinya sendiri.
Para peneliti mengamati bahwa ada banyak responden laki-laki yang mengalami PRG atau Post Relationship Grief. Beberapa laki-laki dalam penelitian tersebut bahkan masih merasakan patah hati dari hubungan yang sudah berakhir setahun lalu.
Penelitian tersebut menjelaskan bahwa perempuan mungkin merasakan rasa sakit yang mendalam. Namun mereka juga akan bisa lebih cepat sembuh, tak hanya kembali seperti sedia kala, namun juga jadi lebih kuat dari sebelumnya.
Sementara itu laki-laki akan cenderung " haha hihi" di awal perpisahan. Bukan karena kuat, namun karena respon yang lambat terhadap situasi. Ketika mereka menyadari ada ruang yang kosong di dalam hati, saat itu lah baru terasa kesedihannya.
Itu tadi adalah jawaban atas pertanyaan banyak orang tentang adu cepat move on laki-laki dengan perempuan. Meski hasil penelitan menunjukkan demikian, namun urusan hati tetap tak ada yang bisa memastikan.
Apakah kamu bakal bisa cepat move on atau tidak, cuma Tuhan, kamu, dan waktu yang bisa menjawabnya.