© Unsplash.com/@zetsir
Cinta itu rumit, ya nggak sih? Buktinya, banyak orang bilang cinta tapi ternyata putus di tengah jalan. Bilangnya cinta, tapi nggak ada komitmen yang mengikat. Yang lebih mengejutkan, ternyata cinta ada umurnya!
Dikutip dari independent.co.uk, sebuah penelitian di University of Pavia, Italia membeberkan bahwa senyawa dalam otak yang memproduksi 'rasa cinta' ternyata hanya bisa bertahan dalam 12 bulan atau satu tahun. Senyawa pembentuk rasa cinta (Nerve Growth Factor) ini memicu timbulnya reaksi fisik seperti 'kupu-kupu beterbangan' atau bisa juga telapak tangan yang berkeringat.
Dalam penelitian ini, ada tiga kelompok yang diuji, yakni kelompok single, pasangan yang berhubungan lebih dari enam bulan, serta pasangan yang sudah berhubungan lebih dari setahun. Hasil penelitian mengungkapkan, senyawa Nerve Growth Factor (NFG) melonjak drastis pada pasangan yang berada di fasel awal hubungan. Sedangkan pasangan yang sudah lama berhubungan justru memiliki senyawa NFG yang levelnya serupa dengan orang-orang berstatus single.
Pemimpin penelitian ini, Dr. Enzo Emanuele mengungkapkab bahwa peningkatan NGF saat jatuh cinta berkaitan dengan perasaan spesifik di fase awal hubungan, seperti ketergantungan secara emosional serta euforia. Peningkatan NGF biasanya menunjukkan bahwa hal itu terlibat untuk pembentukkan ikatan baru, tapi nggak bekerja dalam pengelolaan hubungan.
Rasa cinta memang umumnya hanya berlangsung selama setahun, tapi NGF memainkan peran penting dengan memproduksi senyawa lain yang bertugas sebagai ikatan sosial. Jadi, meskipun rasa cinta itu meredup, justru digantikan dengan ikatan 'persahabatan' dalam hubungan yang sudah terjalin lama.
Jadi, kalau kamu ingin hubungan tetap bertahan lama, jangan ragu-ragu untuk membangun chemistry dengan pasangan ya..
