© Shutterstock.com
Di zaman serba dituntut seperti sekarang ini, kebahagiaan merupakan hal yang dicari serta diinginkan oleh setiap orang. Rasa bahagia tidak hanya menyenangkan, namun memiliki banyak dampak positif bagi mental serta kesehatan tubuh.
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan kebahagiaan. Mulai dari melakukan hobi, menghabiskan waktu dengan orang spesial, liburan ke tempat baru, dan masih banyak cara lainnya untuk mendapatkan rasa bahagia tersebut.
Tetapi, tidak sedikit orang-orang yang terobsesi untuk mendapatkan kebahagiaan. Bahkaan, tidak cara orang-orang zaman sekarang yang menuntut diri sendiri untuk bahagia. Padahal, ,e,aksa diri untuk bahagia memiliki dampak negatif lho.
Memaksakan sebuah kebahagiaan disebut dengan toxic positivity. Tentunya toxic positivity kepada diri sendiri memiliki dampak buruk.
Dikutip dari Indian Express, para peneliti dari Universitas Tilburg di Belanda menyimpulkan bahwa tuntutan atau pressure meraih kebahagiaan memiliki efek buruk terhadap kesejahteraan psikologis. Hal ini bahkan terjadi di negara-negara yang memiliki World Happiness Index (Indeks Kebahagian Dunia) dengan skor tinggi.
" Ada hubungan yang kuat antara perasaan perlu bahagia dan sejauh mana orang benar-benar mengalami perasaan seperti kesedihan, kesuraman, kelelahan, atau kecemasan," tulis penelitian tersebut.
Penelitian tersebut dilakukan dengan 7.400 peserta di 40 negara berbeda. Penelitian tersebut berusaha mencari hubungan antara tuntutan masyarakat untuk selalu bahagia dan kesejahteraan psikologis.
Kamna Chibber, Kepala Departemen Kesehatan Mental Fortis Memorial Research Institute di Gurgaon, India, menyatakan bahwa sangat penting memfokuskan diri untuk menerima situasi dan kondisi dalam kehidupan. Menerima masalah ataupun musibah merupakan hal yang biasa dalam hidup.
" Sangat penting untuk menekankan meskipun tujuan untuk mengalami kegembiraan, tetap positif dan optimis, hal tersebut juga harus termasuk merangkul pengalaman dan emosi yang sulit dan tidak terus-menerus berusaha menolak atau menyangkal kehadiran mereka," ucap Chibber.
Chibber juga menambahkan bahwa menyangkal, menjaga jarak, atau meninggalkan kesedihan tidak akan membantu.
" Sebaliknya, merangkul situasi dan mengakui apa yang terjadi, emosi, dan pikiran, dan bagaimana hal itu mempengaruhi Anda sangat penting untuk bisa bergerak maju," sambungnya.
Kebahagian memang perlu dicari, tapi jangan untuk dipaksakan.